Non Muslim boleh jadi Pemimpin Muslim , begitu juga sebaliknya. Itulah keadilan.
Ajaran Tuhan di Alquran memerintahkan kita menjadi umat yang toleran yang menghormati suku bangsa lain yang berbeda dengan kita. Tapi agaknya peristiwa politik- lah yang menyebabkan ajaran Tuhan itu diabaikan. Perintah Tuhan ( Alquran ) sudah jelas , umat Islam diperintahkan untuk menjadi orang yang adil terhadap suatu kaum /suku / bangsa . Tentu saja , untuk kondisi jaman sekarang , suatu kaum atau suku bangsa tentu punya agama , kepercayaannya sendiri , kebudayaannya sendiri , pembawaannya sendiri , adat nya sendiri. Kaum atau suku bangsa itu bisa berarti orang Dayak , orang Papua , orang Jawa , orang Sunda , orang Batak , Aceh , orang Baduy , orang Cina , Eropa , India dan lain sebagainya.
“ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al Maidah 5 : 8 )
Masih adakah orang yang mau mendengar dan menjalankan perintah Tuhan/Allah yang sangat jelas dan tegas ini ? Apakah memang kepentingan politik lebih penting dari perintah Tuhan untuk berbuat adil kepada semua Kaum / suku bangsa?
Di Ayat lain perintah senada perintah berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang lain ( siapapun , beragama apapun , berbangsa apapun) di ulang lagi. Untuk lebih jelasnya tentu buka juga Google Azbabun Nuzul ayat ini.
" Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil " . ( Al Mumtahanah 60 : 8 )
“ Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim “ . ( Al Mumtahanah 60:9)
Masih adakah orang yang menghormati perintah Tuhan ini ?
Pada kehidupan sehari-hari kita muslim Indonesia tidak pernah memasalahkan mempunyai pemimpin muslim atau non muslim. Sejak mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA sampai mahasiswa mempunyai kepala sekolah ( pemimpin sekolah ) , kepala bagian / fakultas kita pasti pernah dipimpin/dibimbing seorang guru/ dosen non muslim ( tentu saja dengan pengecualiaan sekolah khusus berbasis Islam ). Bahkan setelah bekerja, penulis pernah punya pemimpin, dari gubernur, bupati , camat, lurah, RW, RT semuanya non muslim, maklumlah karena ini di Flores Indonesia Timur. Di mata penulis mereka itu baik-baik saja tidak ada bedanya dengan yang muslim, punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Di sana , penulis malah menjadi minoritas , diantara 300an karyawan Nasrani, yang muslim hanya 4 orang. Kita yang sedikit ini sangat dihormati , ketika menjalankan ibadah setiap hari maupun hari jumat , sama sekali tidak ada gangguan. Kesan penulis disana memang mereka itu sangat taat kepada Tuhannya dan mempunyai perilaku yang baik, salah satunya menghormati pemeluk agama lainnya. Jadi penulis disini menyimpulkan bahwa dipimpin muslim atau non muslim sama saja. Baik atau tidak perilaku seseorang tergantung dari "orangnya" atau tergantung pribadi orang tersebut.
Ajaran Tuhan di Alquran memerintahkan kita menjadi umat yang toleran yang menghormati suku bangsa lain yang berbeda dengan kita. Tapi agaknya peristiwa politik- lah yang menyebabkan ajaran Tuhan itu diabaikan. Perintah Tuhan ( Alquran ) sudah jelas , umat Islam diperintahkan untuk menjadi orang yang adil terhadap suatu kaum /suku / bangsa . Tentu saja , untuk kondisi jaman sekarang , suatu kaum atau suku bangsa tentu punya agama , kepercayaannya sendiri , kebudayaannya sendiri , pembawaannya sendiri , adat nya sendiri. Kaum atau suku bangsa itu bisa berarti orang Dayak , orang Papua , orang Jawa , orang Sunda , orang Batak , Aceh , orang Baduy , orang Cina , Eropa , India dan lain sebagainya.
“ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al Maidah 5 : 8 )
Masih adakah orang yang mau mendengar dan menjalankan perintah Tuhan/Allah yang sangat jelas dan tegas ini ? Apakah memang kepentingan politik lebih penting dari perintah Tuhan untuk berbuat adil kepada semua Kaum / suku bangsa?
Di Ayat lain perintah senada perintah berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang lain ( siapapun , beragama apapun , berbangsa apapun) di ulang lagi. Untuk lebih jelasnya tentu buka juga Google Azbabun Nuzul ayat ini.
" Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil " . ( Al Mumtahanah 60 : 8 )
“ Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim “ . ( Al Mumtahanah 60:9)
Masih adakah orang yang menghormati perintah Tuhan ini ?
Pada kehidupan sehari-hari kita muslim Indonesia tidak pernah memasalahkan mempunyai pemimpin muslim atau non muslim. Sejak mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA sampai mahasiswa mempunyai kepala sekolah ( pemimpin sekolah ) , kepala bagian / fakultas kita pasti pernah dipimpin/dibimbing seorang guru/ dosen non muslim ( tentu saja dengan pengecualiaan sekolah khusus berbasis Islam ). Bahkan setelah bekerja, penulis pernah punya pemimpin, dari gubernur, bupati , camat, lurah, RW, RT semuanya non muslim, maklumlah karena ini di Flores Indonesia Timur. Di mata penulis mereka itu baik-baik saja tidak ada bedanya dengan yang muslim, punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Di sana , penulis malah menjadi minoritas , diantara 300an karyawan Nasrani, yang muslim hanya 4 orang. Kita yang sedikit ini sangat dihormati , ketika menjalankan ibadah setiap hari maupun hari jumat , sama sekali tidak ada gangguan. Kesan penulis disana memang mereka itu sangat taat kepada Tuhannya dan mempunyai perilaku yang baik, salah satunya menghormati pemeluk agama lainnya. Jadi penulis disini menyimpulkan bahwa dipimpin muslim atau non muslim sama saja. Baik atau tidak perilaku seseorang tergantung dari "orangnya" atau tergantung pribadi orang tersebut.
Sampai pada suatu hari penulis terkejut dengan pernyataan dari penyanyi dangdut terkenal . Dalam sebuah ceramah tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu (29/7/2012) , Bang Rhoma Irama yang kita kenal sebagai artis Dangdut menyatakan , bahwa intinya umat Islam tidak boleh dipimpin oleh orang kafir karena akan diazab Allah SWT ( ketik google : youtube ceramah rhoma irama ). Oleh sebab itu memilih pemimpin adalah ibadah ( sepeti halnya shalat , puasa ). Beliau berkata begitu berdasarkan ayat Alquran An-Nisa 144. Allah SWT berkata , bersabda ( berfirman : bhs Arab.) :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali ( pemimpin, pelindung teks asli : أوليا awliyā' ), dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?( QS. 4:144)
Beliau dengan jelas menerjemahkan ayat itu, “ menuduh “ saudara kita, Bapak Ahok ( pasangan Jokowi ) yang beragama Nasrani itu sebagai calon pemimpin yang kafir. Ini tentu mengundang pertanyaan , demikiankah ajaran Islam, agama saya ?...ataukah sekedar salah paham atau salah tafsir saja?...Hasil penelusuran penulis dibawah ini mungkin dapat menjadi pertimbangan lain, tanpa mau sok2an benar sendiri. Demikianlah mudah2an tulisan dibawah ini ada manfaatnya bagi kita semua.
Mengenai tafsir ayat tersebut, pembahasannya akan dibagi dalam dua bagian yaitu :
BAB I : KONDISI SOSIO POLITIK MADINAH ABAD KE 6 M , SEBAGAI PENYEBAB TURUNNYA AYAT TERSEBUT.
BAB II : DAMPAK TAFSIR AYAT TERSEBUT DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DIABAD MODERN.
BAB I :
KONDISI SOSIO POLITIK MADINAH ABAD KE 6 M ,
SEBAGAI PENYEBAB TURUNNYA AN-NISA 144.
Disini ada dua masalah pokok yang penulis anggap sangat penting untuk dibahas :
A. Menerjemahkan orang Kafir adalah orang Nasrani.
Menerjemahkan orang Nasrani adalah orang kafir ( yang berarti menolak kebenaran ) adalah penerjemahan yang sangat sembrono, karena di Alquran kaum Nasrani (disebut juga kaum Nashara , Ahli Kitab) sudah ada istilahnya sendiri. Sedangkan sebutan kaum kafir diperuntukkan bagi istilah kaum kafir Quraisy yang di motori Abu Jahal dan Abu Lahab dkk di Mekah ( lihat juga tulisan dibawah ini tentang asbabun Nuzul ayat Al Kafirun : orang – orang kafir). Orang Quraisy Mekah saat itu menolak (kafir) kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw agar mereka beriman menyembah Allah swt semata (oleh sebab itu pengikut Nabi Muhammad disebut Orang Beriman ), tetapi mereka menolak dan tetap menyembah berhala ( Syirik : menyembah berhala , orangnya disebut Musyrik ). Oleh sebab itu Orang kafir juga disebut orang Musyrik ( orang yang menyembah berhala) . Simak ayat ini :
“ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.” ( Al Maidah 82. )
Dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya , perkembangan orang-orang Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad saw yang mendapat mandat dari Allah swt untuk merombak sistem sosial yang adil dan berke-Tuhanan , mendapat pertentangan dari berbagai pihak . Saat itu , menurut Alquran di Mekah terbagi Empat (4 ) golongan :
1. Orang-orang beriman istilah untuk Orang Islam pengikut Nabi Muhammad.
2. Orang Musyrik atau orang Kafir .
3. Orang – orang Ahli kitab ( ahli : punya , Kitab : kitab suci yaitu orang Yahudi dan Nasrani)
4. Orang Munafik , golongan pengikut Nabi Muhammad yang masih pragmatis. Kadang-kadang karena godaan materi memberikan informasi kepada pihak musuh.
B. Menerjemahkan : أوليا awliyā' , dari beberapa arti : : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, keluarga dekat, beliau Bang Rhoma Irama memilih Pemimpin.
Pada saat turunnya Alquran di abad ke 6 Masehi, orang-orang Arab belum mengenal system hukum yang modern seperti sekarang ini. Dimana seperti sekarang ini Negara bertanggung jawab terhadap nasib orang yang miskin . Mereka yang tanpa kekuatan apa-apa ini terlindungi oleh perangkat hukum modern yang adil , seperti adanya Kitab undang-undang Hukum Pidana yang jelas , Polisi, Jaksa, Hakim , penjara dsb. Jaman itu yang berlaku adalah system ke-Kabilahan. Kabilah yang besar atau biasa disebut Bani, mempunyai orang-orang kuat yang sanggup melindungianggotanya, atau Keluarganya. Memang system Kekabilahan mirip dengan system Mafia, dimana orang yang tanpa kekuatan apa-apa ( baik modal,fisik) mencari perlindungan dari Keluarga (istilah dalam Mafia , yang terkenal seperti keluarga Don Corleone , Colombo Family, Gambino Familiy, Capone Faimilydll) dan mereka dianggap sebagai keluarga sendiri. Itulah sebabnya arti kata yang paling cocok untuk Awliyaadalah Pelindung bukan pemimpin. Ini memang mirip tapi sangat jauh berbeda makna dan artinya sesuai konteks jaman itu.
Tapi, sebelum membahas ayat tersebut, sebaiknya pembaca mengenal dan memahami dahulu ulama tekstual dan ulama kontekstual.
ULAMA TEKSTUAL DAN ULAMA KONTEKSTUAL
Sebelum membahas tentang kontroversi ayat An-Nisa 144 ada baiknya kita memahami dahulu perbedaan antara ulama tekstual dan ulama kontekstual. Ada seorang dokter berkata pada pasiennya bahwa tidak baik meminum yang manis2. Pasien lain yang berada di luar ruangan mendengar ucapan tersebut langsung melakukan anjuran dokter tersebut, tanpa mengetahui bahwa ucapan itu dikatakan dalam konteks , berbicara pada pasien penderita penyakit gula, padahal untuk pasien diluar yang bukan penderita penyakit gula, manis bukanlah hal yang terlarang.Demikianlah ulama tekstual memahami Al’Quran dan Hadits Nabi tanpa melihat konteks atau sebab2 sejarah turunnya ayat tersebut, sehingga mereka saling bersilang pendapat. Saya pernah membuat eksperimen dengan para mahasiswa Kedokteran dari suatu Universitas yang berbasiskan Islam kira2 berjumlah 60 0rang , dengan menyuruh mereka menterjemahkan Surah Yasin 8-10.
Surah Yasin (36: 8),
” Sesungguhnya kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.
Surah Yasin (36:9),
” Dan kami adakan di hadapan mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Surah Yasin (36:10),
” Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka , mereka tidak akan beriman”.
Hasilnya sungguh beraneka ragam dan mungkin agar menjadi menarik saya meminta anda juga menerjemahkan menurut versi anda juga.
1.Penggambaran seseorang di neraka, yang tidak mematuhi perintah Allah swt.
2.Menggambarkan seseorang yang tidak bisa diberi petunjuk.
3.Penggambaran orang terbelenggu di neraka.
4. menurut versi anda....
Hasil interpretasi berdasarkan teks diatas inilah yang disebut interpretasi tekstual. Dalam sehari hari , kita paling sering menjumpai ulama tekstual seperti ini. Jadi hanya mengira2 saja berdasarkan teks2 yang ada .Sedangkan ulama kontekstual berdasarkan pertimbangan sejarah turunnya ayat tersebut. Jadi Alquran ayat2nya juga berisi sejarah yang terjadi di masa Nabi .Beberapa ayat Al Qur’an memang turun karena beberapa peristiwa yang terjadi saat itu. Kejadian2 itu dicatat dalam kitab tersendiri yaitu Kitab Asbabun Nuzul, atau kitab yang mencatat sebab2 turunnya suatu ayat (buku ini banyak di jual di toko2 buku). Ibnu Taimiyyah ( Lahir di Bagdad 22 januari 1263, more info ketik google:biografi Ibnu Tamiyah) mengemukakan , bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Quran dapat membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung ayat tersebut. Lebih lanjut Syaikhul Islam itu menambahkan , pengetahuan ikhwal Asbabun Nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut( 1:V ). Kemudian para mahasiswa itu saya tunjukkan kejadian yang menjadi penyebab turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul). Pembaca dipersilahkan untuk menilainya dibawah ini.
1. Dalam suatu riwayat dikemukakan , ketika Rasulullah saw, membaca surah 32 as-Sajdah dengan nyaring, orang2 Quraishy merasa terganggu. Mereka bersiap2 untuk menyiksa Rasulullah saw, tapi tiba2 tangan mereka terbelenggu di pundak2nya dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka mengharapkan pertolongan Nabi saw dan berkata : ” kami sangat mengharapkan bantuan tuan atas nama Allah dan atas nama keluarga .” Kemudian Rasulullah saw berdoa dan merekapun sembuh. Namun tak seorangpun dari mereka yang beriman . Berkenaan dengan peristiwa tersebut , turunlah ayat2 tersebut. ( QS 36 Yasin 1-10)
Diriwayatkan oleh abiu Nu’aim di dalam kitab ad-dala-il, yang bersumber dari Ibnu ’Abbas. (1)
2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Jahl berkata ; ” Sekiranya aku bertemu dengan Muhammad , pasti aku akan berbuat (mencelakainya).” Ketika Nabi Muhammad berada disekitar Abu Jahl, orang2 menunjukkan bahwa Muhammad berada disisinya. Akan tetapi Abu Jahl tetap bertanya2:” mana dia ? ” karena tidak dapat melihatnya. Ayat ini (QS 36 Yasin 8-9) turun sebagai penjelasan bahwa pandangan Abu Jahl saat itu ditutup oleh Allah sehingga tidak dapat melihat Muhammad.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ’Ikrimah. (1)
A. Menerjemahkan orang Kafir adalah orang Nasrani.
SALAH SATU JULUKAN ORANG KAFIR DI ALQURAN ADALAH SUKU QURAISY
. K.H.Q. Sholeh, H.A.A .Dahlan, dkk . dalam bukunya “Asbabun Nuzul” ( 1 : 684 ) menuliskan :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. Dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi orang yang paling kaya di kota Mekah. Mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki. Upaya tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata : “ inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad , dengan syarat engkau jangan memaki2 tuhan-tuhan kami selama setahun.” Nabi saw, menjawab: aku akan menunggu wahyu dari Rabb-ku “ . Ayat ini QS 109 al- kafirun: 1-6, turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.
Diriwayatkan oleh Ath-thabrani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw. : “ Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami ( menyembah berhala) selama setahun, kamipun akan mengikuti agamu selama setahun pula.” Maka Allah menurunkan Surah 109 al- Kafirun ayat 1-6.
Diriwayatkan oleh Abdurazzaq yang bersumber dari Wahb dan ( diriwayatkan pula ) oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Juraij.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Al walid bin al-Mughirah , al-Ashi bin Wail, al Aswad bin al Muthalib , dan Umayyah bin khalaf bertemu dengan Rasulullahsaw, dan berkata: “hai muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah , dan kamipun akan menyembah apa yang engkau sembah. Kita bersekutu dalam segala hal, dan engkau lah yang memimpin kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini ( QS.109 al kafirun : 1-6)
ORANG – ORANG KAFIR ( AL KAFIRUN QS:109)
1.Katakanlah, "Hai orang-orang yang kafir,
2.Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5.Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku."
( Untukmulah keyakinanmu dan untukkulah keyakinanku )
( Untukmulah kepercayaanmu dan untukkulah kepercayaanku)
Lihat Google : Arti Dien
ARTI KATA KAFIR
Pada umumnya para ulama menerjemahkan kata kafir artinya ingkar atau mengimgkari. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia ada beberapa kata ingkar , dengan kata kerja mengingkari yaitu : tidak mengakui, tidak membenarkan , menampik, memungkiri (6:433 atau ketik Google: arti ingkar kamus besar bahasa Indonesia ). Memang kaum Quraisy di Mekah saat itu tidak mengakuikenabian sang Nabi Muhammad saw sembarimenampik ( menolak) ajaran2nya.Kemudian turunlah ayat Al kafirun. Jelaslah disini bahwa salah satu yang dimaksud orang kafir adalah orang Quraisyyang menjadi musuh Nabi Muhammad.. Sedangkan orang Yahudi dan Nasrani di istilahkan sebagai ahli kitab, untuk mempersingkat tulisan, ketik google: ahli kitab. Jadi, menurut hemat penulis, Bang Rhoma Irama ini keliru menejemahkan kata kafir, yang seharusnya ditujukan untuk kaum Quraisy tapi untuk kaum Nasrani. Sedangkan Kaum Nasrani sendiri di Alquran dan hampir semua ulama menyebutnya dengan istilah ahli kitab.
Jadi di dalam Alquran terdapat 4 golongan yang saling berinteraksi :
1. Golongan Mukminin , umat Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad saw.
2. Golongan Kafir , salah satunya Kaum Quraisy dan sekutu2nya di Mekah )
3. Golongan Munafik.
4. Kaum Ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani)
A. Menerjemahkan : أوليا awliyā' , dari beberapa arti : : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, keluarga dekat, beliau memilih Pemimpin.
JAMAN JAHILIYAH , JAMAN TANPA KEADILAN SOSIAL
Keadilan sosial adalah keadaan dimana para penduduk di suatu masyarakat merasa diperlakukan adil dalam setiap gerak kehidupan oleh anggota masyarakat lainnya. Seorang anggota masyarakat dapat hidup nyaman serba kecukupan, sejahtera , tenteram, tidur nyenyak tanpa sesuatu kekhawatiran apapun. Hal ini hanya bisa terjadi bila semua anggota masyarakatnya berperilaku baik, jujur dan saling membantu bila ada seorang anggota masyarakatnya sedang mendapat musibah. Tidaklah demikian dalam era Jahiliyah. Ketika sistim penegakan hukum modern belum ada seperti sekarang, Adanya Negara yang berdaulat penuh yang melindungi seluruh warga negaranya tanpa kecuali, dengan perangkat2 hukum seperti : polisi,pengadilan , hakim ,jaksa, pengacara. Dalam situasi hukumrimba , siapa yang kuat dialah yang menang , otomatis seseorang ,tentu mencari pria yang terkuat untuk meminta perlindungan bila ada seseorang yang mencoba mengusiknya. Bila ada orang tiga yang kuat, tentu ada tiga kelompok kuat yang saling berhadapan. Kelompok –kelompok ini di Arab disebut para Kabilah. Sistem kekabilahan hampir sama dengan Mafia yang berasal dari pulau Sicilia yang kebetulan pulau ini juga hampir sama tandusnya dengan padang pasir di Arab saudi. Tidak heran bila nanti banyak istilah yang sama dari keduanya, karena memang ini adalah sistem dalam masyarakat ketika belum ada sistem hukum modern ( orang Arab sekarang , kemudian menceritakan saat itu sebagai jaman kebodohan, jaman Jahiliyah. Jahil berarti bodoh. 4 : 108 - 109 ) . Di Italia kelompok2 ini menyebut dirinya sebagai keluarga( salah satu arti wali , keluarga dekat) , diketuai seorang kepala keluarga yang disebut Don atau godfather (Bapak pelindung, pelindung, arti wali juga pelindung), tapi juga sebagai pemimpin keluarga. ( ketik Google : Mafia : Seabad tradisi kriminal) yang terkenal Don Corleone. .
Karen Armstrong dalam bukunya Sejarah Muhammad (9 : 79) menulis bahwa otoritas hukum belum ada. Struktur hukum modern seperti adanya polisi, hakim, jaksa, penjara sama sekali belum dikenal. Mereka semua hidup dalam sistem kekabilahan, yang tidak ubahnya seperti menjadi anggota kelompok geng sepeda motor di era sekarang . (atau bila anda penggemar film, sistem ini seperti dalam Mafia . Seseorang aman bila mempunyai seorang Don, godfather , bapak pelindung dimana orang tersebut tidak saja dilindungi dari ancanman geng mafia lain tapi juga dianggap sebagai keluarga dekat. Pen ) Sebagai contoh,dalam sistem tersebut, seseorang anggota kabilah dianiaya oleh anggota kabilah yang lain. Anggota lain akan membalaskan kelompoknya , dengan menganiaya atau membunuh anggota kabilah penganiaya, terlepas benar atau salah orang tersebut.Dengan kata lain seseorang dalam suatu kelompok kabilah yang tidak bersalah, bisa saja tiba2 dibunuh atau dianiaya oleh oleh kelompok kabilah lain tanpa berbuat suatu kesalahanpun.Vendetta , balas dendam ala mafia ini menjadi lingkaran setan yang tiada habisnya, tiada hentinya. Belum lagi nasib orang miskin, wanita, anak2 yatim, kaum budak , bernasib sangat menyedihkan karena tidak mempunyai perlindungan. Alquran turun untuk memperbaiki kondisi2 ini.
Istilah jahiliah , yang biasanya diartikan sebagai ” masa kebodohan” atau kehidupan barbar” , sebenarnya berarti bahwa ketika itu orang2 Arab tidak memiliki otoritas hukum , Nabi dan Kitab suci .Sejarah orang2 Badui pada dasarnya dipenuhi dengan kisah peperangan gerilya yang disebut Ayyam Al Arab ( hari2 orang Arab). Selama periode ini sering terjadi berbagai serangan dan perampokan tanpa pertumpahan darah.Sehingga Masyarakat yang bermukim di Hijaz (wilayah Mekah) dan Nejed ( wilayah Medinah) tidak dikenal bangsa yang mempunyai peradaban yang maju .( 4 : 108 - 109). Selama berabad2 , bangsa2 Arab di Hijaz dan Najd hidup sebagai bangsa Nomaden (yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap dan selalu berpindah2) dalam kelompok2 suku yang saling berperang. Etika suku menuntut ketrampilan sosial dan ketrampilan teknis khusus serta kualitas perseorangan yang sangat terlatih. Bertahan hidup di lingkungan ganas seperti ini merupakan bentuk perlawanan terhadap terhadap nasib yang keras; mungkin menunjukkan suatu tekad untuk membuktikan bahwa bangsa Arab dapat bertahan hidup dalam situasi yang nyaris mustahil untuk hidup. ( 3 : 79) . Ayyam Al Arab ini merujuk pada permusuhan antar suku muncul karena persengketaan hewan ternak , padang rumput atau mata air. ( 4:110). Dalam situasi hukum rimba itulah Nabi Muhammad ditugaskan oleh Tuhan untuk membenahi nya. Dan para mukminin mendapat penjelasan langsung dariNYA agar tidak mempunyai pelindung orang kafir QURAISY.
ORANG KAFIR (QURAISY) TIDAK BOLEH JADI WALI ( PELINDUNG)
|
(An-Nisa : 144)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali ( pelindung, teks asli : أوليا awliyā'), dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?(QS. 4:144)
:Terjemahan:: Tafsir Asbabun Nuzul
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nisaa' 144 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا Dalam ayat ini Allah SWT menyeru orang-orang mukmin agar jangan meminta pertolongan kepada orang-orang kafir yang memusuhi kaum Muslimin baik dengan meminta pendapat atau berkawan rapat dengan mereka, dan tidak boleh memberikan kepercayaan apalagi membocorkan rahasia kepada mereka. Larangan serupa ini terdapat juga dalam firman Allah: Dan firman Nya lagi: (Q.S. Ali Imran: 28) لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ Artinya: "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali ( pelindung, teks asli : أوليا awliyā' ) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah SWT, kecuali karena (siasat) memelihara diri dan sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. |
ARTI KATA WALI
Anda dapat mengeceknya, hampir semua Alquran berbeda2 menafsirkan kata ini. Menjadi menarik, bagaimanakah kumpulan2 ulama - ulama yang hebat yang berkumpul menerjemahkan Alquran , tidak bisa mendapatkan satu kata yang sama untuk terjemahan kata wali ini. Berarti bahwa kata ini tidak sederhana ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa terjemahan kata wali (ketik google: konsep wali dalam Islam) : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, dan juga digunakan dengan arti keluarga dekat. Menurut hemat penulis arti kata pada ayat (An-Nisa : 144) tersebut yang benar adalah pelindung, atau saudara dekat, teman setia, karena sangat berhubungan dengan sistim kekabilahan yang mirip mafia sekarang ini.Kita tahu bahwa dalam sistim mafia, ada seorang godfather ( bapak pelindung) dan para anggotanya walaupun tidak ada pertalian darah sudah dianggap sebagai keluarga sendiri atau keluarga dekat. Alquran menggunakan kata ini tentu tidak terlepas dari situasi kota Makah dan Madinah jaman itu ketika jazirah Arab di tahun abad 6 Masehi. Tafsir dalam ayat tersebut adalah bahwa orang beriman ( umat Islam ) saat itu, di ingatkan oleh Tuhan, agar jangan ragu berlindung kepada Allah swt dan tidak kembali mencari pelindung (wali) keamanan kepada para kabilah kaum kafir (Quraisy) lagi. Ayat ini turun berkaitan dengan ayat sebelumnya (An-Nissa 143) , mengenai sebagian umat Islam yang masih ragu2 berpihak kepada orang Kafir ( suku Quraisy, dengan tokoh Abu Jahal , Abu Lahab cs) atau berpihak kepada orang2 Mukmin . Bila ayat itu diartikan sebagai pemimpin dalam arti , memimpin rapat, pemimpin perusahaan, pemimpin penelitian dsb, kemudian dimaknai abadi sampai sekarang ,tentu umat muslim akan setiap hari akan bermusuhan terus dengan non muslim di seluruh dunia. Apakah ini tak berlawanan denga kata Islam yang artinya Damai dan yang bersifat Rahmatan lil alamin (menyayangi seluruh alam) ? . Hal ini bisa dianalogkan dengan situasi ketika perang dengan Belanda. Bila para pejuang saat itu meneriakkan ,..... Hancurkan Belanda!!....Apakah sampai saat ini kita harus terus bertempur dengan Belanda. Betapa tafsir ayat ( An-Nisa : 144) ini harus kita renungkan kembali kebenarannya , bila diartikan abadi , berlaku sampai sekarang .Kata kafirpun tidak tepat bila diartikan kaum Yahudi dan Nasrani, karena menurut Alquran (QS. Al Maidah : 5 ) Yahudi dan Nasrani di istilahkan sebagai Ahli Kitab . Untuk menyingkat tulisan mohon ketik ( google : ahli kitab) .
AYAT2 LAIN YANG BERKAITAN DENGAN KE-WALI-AN.
Sebelum kita menafsirkan suatu ayat kita harus mengerti dan memahami dulu suasana Sosial Poltik Madinah abad 6 M saat itu. Sayeds Ali Asgher Razwi, dalam bukunya “Muhammad rasulullah Saw , sejarah perjuangan Nabi Islam menurut sejarawan timur dan barat” , menulis tentang keberadaan orang Yahudi di Arab Saudi. ” Pada tahun 70M seorang jenderal Romawi bernama Titus, menaklukkan Yerusalem dan mengakhiri kekuasaan kaum Yahudi di Palestina.Menyusul penaklukan yang dilancarkan orang2 Romawi, sejumlah besar kaum Yahudi meninggalkan tanah airnya dan pergi mengembara ke negeri2 lain. Beberapa Suku Yahudi memasuki Hijaz ( sekarang sekitar Mekah) , dan membangun perkampungan Yahudi di sekitar Madinah (Yatsrib) dan juga berhasil menjadikan banyak orang Arab memeluk Agama Yahudi. Pada awal abad ketujuh Masehi ( sesaat sebelum turunnya agama Islam .pen.) terdapat tiga suku Yahudi yaitu , Qainuqa , Nazhir dan Quraidhah . Ketiga suku Yahudi itu kaya raya dan berkuasa , juga lebih beradab ketimbang bangsa Arab. Sementara orang orang Arab seluruhnya berprofesi sebagai petani. Orang orang Yahudi berprofesi sebagai pengelola Industri, bisnis dan perdagangan di jazirah Arab, serta menjadi pengendali kehidupan ekonomi Madinah ( Yatsrib). Dua suku orang Arab , Aus’ dan Khazraj , memiliki banyak utang kepada orang orang Yahudi yang tampaknya mustahil terlunasi.” ( 2 : 229)
Kepindahan Nabi Islam, Muhammad saw. Dari Makkah ke Medinah membawanya berhubungan dengan kaum Yahudi.Pada awalnya persahabatan itu berjalan dengan baik , kita dapat menilainya lewat piagam Madinah, sebuah perjanjian bersama yang mengatur hubungan antar penduduk yang bermacam2 suku dan agama disana secara adil . Hal ini tercermin pada pasal2nya sebagai berikut (ketik google : piagam Madinah wiki source) :
pasal 16: Bahwa sesungguhnya kaum-bangsa Yahudi yang setia kepada (negara) kita, berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh diasingkan dari pergaulan umum.
pasal 25
- Kaum Yahudi dari suku 'Awf adalah satu bangsa-negara (ummat) dengan warga yang beriman.
- Kaum Yahudi bebas memeluk agama mereka, sebagai kaum Muslimin bebas memeluk agama mereka.
- Kebebasan ini berlaku juga terhadap pengikut-pengikut/sekutu-sekutu mereka, dan diri mereka sendiri.
- Kecuali kalau ada yang mengacau dan berbuat kejahatan, yang menimpa diri orang yang bersangkutan dan keluarganya.
pasal 40 : Segala tetangga yang berdampingan rumah, harus diperlakukan sebagai diri-sendiri, tidak boleh diganggu ketenteramannya, dan tidak diperlakukan salah .
PERANG BANGSA ARAB MELAWAN BANGSA YAHUDI
Sang Nabi membenahi moral dan perilaku bangsa Arab dengan nilai2 kedisiplinan , perilaku yang baik, sehingga saat itu orang Arab yang senang mabuk , berjudi , akhirnya berhenti mengambil pinjaman yang berbunga sangat tinggi kepada para orang2 Yahudi itu. Tatkala orang orang Arab berhenti mengambil pinjaman dan membayar seluruh utang mereka, sumber utama Kaum Yahudi kontan mengering. Mereka,orang orang Yahudi itu sangat gusar dan merasa cengkeraman mereka terhadap kehidupan ekonomi Madinah mulai mengendur. Mereka sadar bahwa Exploitasi terhadap orang Arab dan para budak, karena kuatnya pengaruh Islam yang sangat membesar lama kelaman tidak bisa dilakukan lagi dan ini adalah sebuah ancaman. ( 2 : 30). Tentu saja ketidak adilan yang terjadi antara dua bangsa , seperti di mana saja di dunia ini , membuahkan hasil ketegangan ketegangan di alam bawah sadar kedua bangsa itu dan siap meledak setiap saat. Akhirnya ketegangan itu mendapat momentumnya untuk meledak menjadi suatu pertempuran kemerdekaan , karena ada seorang wanita Arab yang dilecehkan oleh para pemuda2 Yahudi disebuah pasar di Medinah . Kemudian terjadilah perang”kemerdekaan” antara orang Arab yang ”terjajah” di pimpin oleh Nabi Muhammad saw melawan bangsa ”penjajah” Yahudi kaum Bani Qainuqa.( google ketik : perang Qainuqa.). Hal ini dapat di identikkan dengan peperangan antara bangsa Indonesia melawan bangsa penjajah Belanda.
Pada suasana perang inilah terjadi suatu peristiwa yang diriwayatkan oleh Ibnu ishaq ( sejarawan muslim pertama , more info google), Ibnu Jarir,ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi, yang bersumber dari ubaidah bin ash-Shamit.(1:197)
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ’ Abdullah bin Ubay bin Salul ( tokoh munafik Madinah) dan ’Ubadah bin ash-Shamit ( salah seorang tokoh Islam dari bani Auf bin Khazraj) terikat oleh suatu perjanjian untuk saling membela dengan Yahudi bani Qainuqa. Ketika bani Qainuqa memerangi rasulullah saw, Abdullah bin Ubay tidak melibatkan diri. Sedangkan ’Ubadah bin ash-Shamit berangkat menghadap Rasulullah saw , untuk membersihkan diri kepada Allah dan Rasulnya dari ikatannya dengan bani Qianuqa itu, serta menggabungkan diri bersama Rasulullah dan menyatakan hanya taat kepada Allah dan Rasulnya. Maka turunlah ayat ini ( Q.S. Al-Maidah 5:51) yang mengingatkan orang beriman untuk tetap taat kepada Allah dan rasulnya, dan tidak mengangkat kaum Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin mereka.
Al Maidah ayat 51:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali ( pelindung, teks asli :أوليا awliyā' ), sebahagian mereka adalah wali ( pelindung, teks asli : أوليا awliyā' ), bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali ( pelindung , teks asli : أوليا awliyā' ), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Terjemahan dari seorang Inggris ahli masalah Timur Tengah , yang bernama Muhammad Marmaduke William Pickthall (1875-1936...more info ketik nama ini di Wikipedia : google ) juga menejemahkan wali sebagai pelindung, bukannya pemimpin. Sebagai catatan terjemahan Alqurannya ini diakui oleh Universitas Al Azhar (Mesir) sebagai pencapaian penulisan yang besar.
"Believers take neither Jews nor Christians for your friends and protectors ( pelindung) . They are friends and protectors ( pelindung) of one another. Whoever of you seeks their friendship and supports shall become one of their number . Allah does not guide the wrongdoers."
ULAMA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
Ulama tekstual menafsirkan ayat tersebut secara apa adanya, bahwa kita umat muslim ini , dimanapun , sampai ribuan tahun yang akan datang tidak boleh dipimpin ( dari bermacam arti wali , yang dipilih adalah pemimpin) oleh orang Yahudi maupun Nasrani.Tapi ulama kontekstual menafsirkan ayat tersebut dengan mempertimbangkan Asbabun Nuzul ayat itu dan sejarah saat itu di Madinah. Penafsirannya disesuaikan dengan konteks saat itu, bukannya melarang umat muslim mempunyai seorang pemimpin Yahudi , Nasrani atau agama lainnya ( sampai di jaman ini ) , tetapi ayat itu merupakan petunjuk umat muslim disaat itu untuk tidak mencari pelindung orang Yahudi dan Nasrani ( karena jaman ini masih jaman kuno , belum ada polisi , jaksa, hakim, penjara, maka mereka mencari pelindung,majikan orang yang berkedudukan kuat , kaya atau kuat secara fisik) . Bila ayat itu diterjemahkan pelindung, sudah tentu ayat ini tidak relevan dan tidak bisa diterapkan untuk saat ini . Dikarenakan untuk jaman ini untuk keselamatan seseorang , tidak berlindung lagi pada seseorang , tetapi di jaman modern ini setiap orang dilindungi negara , berdasarkan undang2.
Karena ayat2 Alquran turun saat perjuangan Umat Islam yang juga bangsa Bangsa Arab melawan hegemoni atau kekuasaan Bangsa Yahudi dan Kaum Kafir Quraisy, maka kita harus pandai2 dan hati2 menafsirkannya. Ayat ini seharusnya dipahami seperti halnya ketika kita perang dengan VOC Belanda tentu semua peraturan/kebijakan para pejuang saat itu agar kita tidak berpihak pada penjajah Belanda. Dan peraturan/kebijakan itu bukannya berlaku abadi agar kita tidak bekerjasama dengan bangsa asing/ agama lainselamanya di dunia ini sampai sekarang di jaman modern ini. Ini hal yang mustahil. Karena di dunia modern ini semua bangsa bekerjasama (amal sholeh, perbuatan baik) untuk kebaikan manusia dalam hal penelitian2 ekonomi, kesehatan, energi dsbnya. Kita orang muslim ini harus bekerjasama dengan negara2 maju yang hampir semuanya negara2 non muslim, seperti : Jepang, Korea, Taiwan , China, negara2 Eropa dsb untuk kemajuan bersama.
BAB II :
DAMPAK TAFSIR AN-NISA 144 DALAM KEHIDUPAN
MUSLIM DIABAD MODERN.
Menafsirkan ayat2 Alquran dengan kesimpulan pemimpin harus muslim, umat muslim Iindonesia akan dikenal sebagai umat yang berwawasan sempit (hipokrit) karena dijaman ini para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia berkumpul dari Amerika, Ingris, Perancis , jepang, Korea , China untuk bersama2 memerangi penyakit2 yang ada , seperti AIDS, TBC, Kanker. Mereka bekerja keras tanpa peduli apa bangsanya, apa agamanya mereka berjuang untuk kemanusiaan. Kemanusiaan secara universal tanpa ditujukan untuk golongan agama , maupun suku bangsa tertentu. Dan hasilnya kita , umat Islam di Indonesia , merasakan kebaikan hasil penelitian ilmiah para peneliti yang malah, sebagian besar adalah non muslim . Dengan penemuan2 itu, para penderita TBC, AIDS, Kanker disini dapat tertolong atau minimal dapat dikurangi penderitaannya. Dalam prosesnya para peneliti ini baik yang beragama Islam maupun non Islam berpedoman, yang terbaiklah yang memimpin masing2 tim, bukan karena agamanya. Tafsir seperti ini malah membuat umat muslim tidak bisa mengerjakan apa yang diperintahkan Allah swt untuk mengerjakan kebajikan ( amal sholeh) terhadap alam sesta (ramatan lil alamin). Demikian pula dalam realita kehidupan sehari2 banyak pemimpin2 perusahaan Asing yang ada di Indonesia hampir semua milik non muslim, seperti Samsung, Honda, Yamaha, Toyota , Bank Bank Asing dan lain sebagainya. Dengan demikian apakah para muslim kita tidak boleh bekerja disana? Hanya karena pemimpinnya non Muslim dan dicap kafir ? dan tentu saja kehidupan kaum muslim menjadi bertambah sengsara bila tidak bekerja. Ada pula yang mengatakan, yang dimaksudkan pemimpin disini adalah pemimpin pemerintahan, persoalannya adalah sampai sebatas mana yang di maksud pemimpin itu. Karena di ayat itu juga tidak disebutkan sampai batas mana , presiden, gubernur, walikota, bupati, camat, RT,RK, pemimpin Band, pemimpin kolintang, pemimpin keroncong. Saya yakin para ulama tekstual akan mengambil kesimpulan hanya akan berdasarkan perasaannya masing2 saja, Akibatnya bila ada 100 ulama tekstual akan terbentuk 100 opini yang berbeda, siapa yang benar...? Baiklah bila itu setingkat Gubernur atau bupati..... Terus bagaimana bila saudara2 kita di Indonesia Timur yang hampir semuanya beragama non Islam balik memprotes pemimpin muslim didaerahnya, hal ini berpotensi mengkacau balaukan negara kita. Daftar ini akan menjadi sangat panjang, misalnya bila seorang muslim menunutut ilmu pengetahuan ( salah satu yang diwajibkan Islam, disebutkan sampai 44 ayat ) keluar negeri, yang tentu saja semuanya non muslim bahkan para pemimpin universitas, fakultasnya banyak yang tidak percaya adanya Tuhan ( atheis). Biarlah urusan masuk surga atau neraka kita kembalikan saja kepada pemiliknya , yaitu Allah swt. Kita tidak usah ikut campur urusan Tuhan.
Dalam kehidupan nyata, seorang muslim mau tidak mau akan bergaul dengan kaum non muslim. Apalagi di jaman ini orang2 non muslim yang notabene adalah pemilik pabrik2 besar seperti Honda, Toyota,Samsung, Huawei dsb hampir semua pimpinannya adalah orang non muslim. Belum lagi ribuan muslim sekolah di negeri non muslim, Amerika, Eropa dimana para pemimpin universitasnya beraneka ragam kepercayaanya, dari yang atheis , beragama dengan segala sektenya bahkan yang bagi kita agama yang aneh2pun banyak. Membuat pernyataan ajaran Islam adalah menolak pimpinan non muslim akan membuat kebingungan masyarakat muslim yang bekerja dan belajar di tempat2 yang pemiliknya non muslim.
SEORANG MUSLIM DI DUNIA NYATA.
Seorang Muslim diharapkan menjadi orang yang menjadi Rahmatan lil alamin ( menyayangi seluruh alam) , dan menjadi orang yang shaleh bila ingin masuk surga. Orang shaleh didefinisikanAllah SWT dengan sangat sederhana , yaitu orang yang beriman dan selalu berbuat kebajikan dan menolak kejahatan’
Ar Rad 13. 23.” (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu..”
Definisi Orang Shaleh menurut Sabdanya :
Ali Imran 3.114. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf (baik) , dan mencegah dari yang munkar (jahat) dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
Dalam kehidupan sehari2, di sekeliling kita dalam lingkup luas, seorang muslim pasti akan kontak atau berhubungan dengan non muslim. Sampai kiamatpun tidak akan pernah dunia ini akan menjadi 100 persen berpenduduk yang beragama Islam. Mengenai keyakinan ini, kita telah dibekali pengetahuan dari Allah swt, bahwa kita memang berbeda dengan mereka itu secara jelas dan berulang kali disebut di banyak ayat ( Al-Maidah 5:72 , At-Taubah 9: 30 dll.) , dan itu sudah selesai , tidak usah di perdebatkan lagi. Hal itu bersifat individu, sehingga tidak usah disebutkan disini, karena karena bersifat internal umat Islam. Karena bila disebutkan disini tentu akan menyinggung perasan orang yang punya kepercayaan lain, dimana ini bertentangan dengan arti Islam yaitu damai atau kedamaian. Bila berhadapan dengan mereka kitapun sudah mendapat tuntunannya,
6.Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku." ( Al kafirun QS 109)
Ayat inipun ( tentu saja bila kita menghendaki), dapat digunakan untuk sesama muslim yang berbeda keyakinan / atau kepercayaan akibat hadist yang digunakan berbeda.
6. ( Untukmulah keyakinanmu dan untukkulah keyakinanku )
6. ( Untukmulah kepercayaanmu dan untukkulah kepercayaanku)
Lihat Google : Arti Dien
Dan mengenai urusan , apakah mereka (ahli kitab dan golongan non muslim lainnya ) masuk surga atau neraka adalah urusan /hak prerogratif Allah swt karena DIA lah sang pemilik hari kemudian dan pemilik surga dan neraka. Seperti dinyatakan pada Albqarah 62 :
”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan berbuat kebajikan ( beramal saleh ), mereka aka menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(Q.S. al-Baqarah 2:62)
Shabiin : ialah orang2 yang mengikuti syariat Nabi2 jaman dulu atau orang2 yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa.( Dari AlQuran Depag RI )
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berbuat kebaikan (beramal saleh), maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati.
( QS : Al Maidah 5:69 )
Jadi percuma saja , bila ada seseorang yang mengatakan bahwa seluruh dunia akan masuk neraka dan dia sendiri lah yang masuk surga, sesungguhnya Allah swt tidak akan pernah terpengaruh orang tersebut. Dan kitapun boleh bergaul, mengangkat mereka sebagai pemimpin dalam bidang apapun, sesuai kemapuannya. Karena merekapun banyak yang menjadi orang sholeh , yaitu sangat khusuk berdoa menurut agamanya dan mempunyai moral jujur, dan berbuat kebajikan. Karena dalam kesimpulan pembahasan diatas tidak ada tuntunan dalam Alquran untuk mengharamkan pemimpin non muslim.
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus: mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud ; mereka beriman kepada Allah dan hari akhir; mereka menyuruh kepada yang ma’ruf ( kebaikan) dan mencegah dari yang munkar ( kejahatan) ; dan mereka bersegera kepada pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang sholeh”
(QS. Ali Imran: 113-114)
Dan sesungguhnya di antara ahli kitabada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.(QS. Ali Imran: 199)
TOLERANSI DALAM ISLAM
Salman al Farisi sang penganjur teknologi perang parit (google : perang khandaq) , seperti diketahui sebelum pindah ke Madinah , beliau memang berasal dari Persia (sekarang Iran). Ayahnya seorang pendeta yang taat kepada agamanya.Orang tua ini menjadi kepala desa Ramharmuz, yaitu sebuah desa dekat kota Isfahan di negeri Persia. Dia seorang Ulama agama Majusi, yang menjadikan api sebagai Tuhannya. yaitu agama bangsa Persia waktu itu. Pada perjalanan hidupnya beliau sempat beragama Nasrani, kemudian pindah ke Negeri Syam ( Suriah) , kemudian pindah lagi kekota Mosul, bertemu pendeta yang akan membimbingnya. Beliau sempat dibimbing pendeta Nasrani itu, tapi sayang beberapa bulan kemudian pendeta tersebut merasa sudah sangat tua dan merasa ajalnya segera tiba. Karena Salman seorang pemuda yang ingin mencari kebenaran dan kepercayaan yang sejati, beliau dinasehatkan ke Jazirah Arab karena menurut kitab sucinya ( injil) akan datang seorang Rasul yang terakhir, yang membawa Agama Ibrahim. Begitulah sampai akhirnya beliau bertemu Nabi Muhammad dan kemudian masuk agama Islam. (5)
Pada suatu hari, tampaknya Salman Al Farisi ini menguatirkan nasib teman2nya di Persia yang sampai saat itu ( ketika bertemu Nabi) masih beragama penyembah Api ( Majusi) , apakah kelak mereka masuk Surga atau Neraka.
Dari AsbabunNuzul ( 1:17,18)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Salman bertanya kepada Nabi SAW. Tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Kemudian ia menerangkan cara shalat dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut diatas (Q.S. al-Baqarah 2:62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat sholeh ( berbuat kebajikan) akan mendapat pahala dari Allah swt.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al-Adnl didalam
Musnadnya, dari Ibnu Najih , yang bersumber dari Mujahid.
Dalam riwayat lain dikemukakan , ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah kisah teman2nya, maka Nabi saw bersabda: ” Mereka di neraka.”” Salman berkata : seolah-olah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi setelah turun Ayat ini (Q.S. al-Baqarah 2:62) , seolah2 terang benderang dunia bagiku.
Diriwayatkan oleh al-Walidi, dari Abdullah bin Katsir,
yang bersumber dari Mujahid.
Dari bahasa tubuh Salman Al Farisi yang begitu gembira , kita dapat memperkirakan jawaban apa yang di utarakan Nabi, yang tentu sedang berada di depannya sambil menjelaskan turunnya ayat tersebut . Walaupun begitu, beliau Salman tidak serta merta pindah ke agama lamanya, bahkan beliau kelak dikenang sebagai pembela Islam yang gigih sampai wafatnya.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (Q.S. al-Baqarah 2:62) turun berkenaan dengan teman2 Salman Al Farisi.
Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim,
yang bersumber dari as-Suddi.
”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh ( berbuat kebajikan ) , mereka akanmenerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(Q.S. al-Baqarah 2:62)
Shabiin : ialah orang2 yang mengikuti syariat Nabi2 jaman dulu atau orang2 yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa.( Dari AlQuran Depag RI
Ayat2 yang lain :
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus: mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat); mereka beriman kepada Allah dan hari akhir; mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan mereka bersegera kepada pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang sholeh”.
(QS. Ali Imran: 113-114)
Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.
(QS. Ali Imran: 199)
REALITAS KEPEMIMPINAN DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Dalam realitas kehidupan sehari-hari ketika seseorang dipilih oleh anggota kelompoknya, untuk memimpin suatu grup yang bergerak dalam grup yang bersifat komersial maupun non komersial , seperti pabrik, Bank, toko, usaha kecil, besar, koperasi , Pendidikan, kesehatan , grup penyanyi, ketua RT, RW, tidak pernah dipersoalkan apakah agamanya atau sukunya , semua mengacu pada kemampuan dan kejujurannya . Yang terbaiklah biasanya menjadi acuan , seseorang dipilih menjadi pemimpin atau tidak. Antara kemampuan memimpin seseorang dengan agamanya , dalam kehidupan sehari2 biasanya tidak pernah dipertentangkan. Agama Islampun demikian..Bayangkan saja bila seseorang dipilih hanya berdasarkan agama, padahal dia tidak kompeten atau tidak bisa memimpin, akan kacau balaulah kelompok tersebut.. Dengan akal sehat ( common sesnse) , kita pasti dapat menduga bahwa Alquran , sebagai kitab sucipun akan berpendapat sama.
Mgr. Soegijapranata SJ Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy
Dalam sehari-hari kita orang Indonesia sejak dulu hingga sekarang , menganggap bahwa agama adalah urusan pribadi , antara seseorang dengan Tuhannya masing2. Hanya akhir2 ini urusan sehari2 , seperti pemimpin , ada ulama yang mengatakan bahwa segala bidang harus dipimpin seorang Muslim. Pernyataan ini tentu mengingkari sejarah. Kita harus ingat kembali , perjuangan merebut kemerdekaan kita dulu juga bersama2 pemimpin2 non muslim.Para bawahan yang beragama muslimpun tidak mempermasalahkan apa sukunya, apa agamanya. Dulu ketika saat2 awal sekali , ketika Nabi Muhammad sedang mengembangkan agama Islam para pengikut muslim awal ini baru berjumlah 80 orang . Mereka dikejar- kejar akan di musnahkan oleh kaum kafir ( istilah di Alquran untuk menyebut kaum Quraisy), tapi beruntunglah ada seorang raja Habasyah ( sekarang Ethiopia) yang beragama Nasrani yang mau melindungi, sehingga terhindarlah umat muslim dari kepunahan karena ancaman pembunuhan. ( google ketik : hijrah muslim ke habasyah)
Alangkah baiknya bila para ulama dalam tafsirnya juga menafsirkan ayat2 Alquran berdasarkan realitas ( kenyataan hidup) sehari2. Tafsiran itu harus sanggup memberi ruang untuk umat Islam agar berkembang sesuai zamannya untuk memperoleh kemajuan demi meningkatkan kualitas kesejahteraannya dan kesejahteraan lingkungannya secara luas.
SIAPAKAH YANG BENAR ULAMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL.
Sebelumnya , marilah kita renungkan lagi kedudukan Kitab suci kita Alquran. Banyak orang menerjemahkan ayat2 yang ada disana seolah2 hanyalah sebuah tulisan disebuah buku biasa yang dengan seenaknya di othak athik menurut seleranya. Menurut hemat penulis, Tuhan YME berkata ( berfirman : bahasa Arab ) untuk memerintahkan kita, tentu dengan bahasa yang jelas, tegas , lugas. Tidak selayaknya kalimat2 perintah ini , diputar2 balikkan lagi maknanya sehingga malah berkebalikan dengan perintah (ayat) aslinya. Pendapat pemimpin harus Muslim dan pemimpin tidak boleh non muslim tidak ada satupun ayat yang menyebutkannya. Tampaknya disini Tuhan menyerahkan sepenuhnya urusan ini kepada manusia yang sudah di bekali akal dan hati nurani. Jadi ini adalah masalah kita antar manusia, tidak usah dikait2kan dengan masalah KeTuhanan apalagi dikait2kan dengan masalah ibadah ( masalah Agama)..
Lepas dari itu semua , kita sebagai manusia biasa yang sangat terbatas pengetahuannya dan penuh khilaf hanya dapat mengucapkan : Wallahu A’lam bishawab yang berati bahwa hanya Allah swt lah yang tahu jawaban yang sebenarnya.
SUMBER :
- Sholeh,K.H.Q., Dahlan,H.A.A, Asbabun Nuzul, ( Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007) cetakan ke 10.
- Razwi, Sayeds Ali Asgher, Muhammad rasulullah Saw , sejarah perjuangan Nabi Islam menurut sejarawan timur dan barat, ( Jakarta: Pustaka Zahra,1997).
- Armstrong, Karen,Sejarah Muhammad, (Magelang: Pustaka Horizona, 2007) cet. ke1
- Hitti, Philip K , History of the Arabs , ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008).
- Soelaiman , Kasim, Salman Al Farisi, ( Jakarta, : P.T. Sastra Hudaya , cetakan kedua 1982.
- Kamus besar Bahasa Indonesia. ( Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2002 )
dr. Abimanyu, surat Al-Bayyina ayat 1 menurut transliterasi Depag berbunyi:
ReplyDelete"Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,"
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ahli kita termasuk golongan orang kafir. Hal ini bertentangan dengan pendapat bapak yang mengatakan bahwa penyebutan "kafir" dalam Al-Qur'an itu tidak termasuk ahli kitab (yahudi dan nasrani).
Terima kasih anda telah mengunjungi blog saya dan mau bertanya.
DeleteAlquran adalah kitab yang sempurna. Bila terjadi ketidak sesuaian , atau kontradiksi maksud didalamnya , kita harus berpegang teguh pada dalil " Tuhan tidak pernah salah , manusialah yang salah menafsirkannya". Mari kita pelajari dengan seksama secara rinci kata demi kata.
Saya termasuk salah seorang yang tidak "sreg" dengan terjemahan depag khususnya pada ayat ini. Kembali lagi terjadi salah terjemahan yang sangat fatal. Penulis mengatakan fatal , karena membuat ayat ini menjadi lain maksudnya.
Al Bayyinah 98 : 1 :"Orang-orang kafir YAKNI Ahli Kitab ...".
Al Bayyinah 98 : 6 : " Sesungguhnya orang orang yang kafir YAKNI Ahli kitab .."
BANDINGKAN DENGAN : Shahih internasional. Termasuk Muhsin khan, Marmaduke Pickthall, Yusuf Ali , Shakir , Dr. Ghali menerjemahkan kata demi kata pada Al Bayyinah . Bagi pembaca yang tidak punya bukunya silahkan di google juga sama persis. Google ketik Al Bayyinah Alquran English.
Al bayyinah (98:1 ) : Those whom disbelieved AMONG the people of the scripture ...."
Al bayyinah (98:6) : " indeed , they disbelieved AMONG the people of the scripture ...."
Para ilmuwan- ilmuwan luar negeri itu menerjemahkan Al Bayyinah :" ORANG ORANG KAFIR DIANTARA MASYARAKAT AHLI KITAB..."
Ini sangat berbeda sekali makna : "orang orang kafir yakni ahli kitab ..." dengan " orang orang kafir diantara masyarakat ahli kitab". Disini para ilmuwan manca negara itu tidak mengatakan orang kafir yakni, adalah ,para ahli kitab.....
Tuhan maha penyayang ( rahmatan lil alamin ) pada seluruh umatnya , bahkan hewan tumbuhan, planet planet . Logikanya dan seharusnya beliau bertindak adil. Seorang muslim yang berkelakuan jahat , mencuri , perampok tentu tidak adil akan masuk surga , bila sebaliknya saudara kita yang non muslim baik hati, berlaku jujur, suka menolong sesama , berbuat kebajikan malah masuk neraka. Ini sangat tidak adil dan menyalahi konsep Tuhan maha adil. Bukankah mereka dilahirkan dari rahim seorang ibu yang non muslim siapa yang mengaturnya , Tuhan/Allah juga khan? Bukan salah mereka ketika menjadi non muslim. Karena otomatis pendidikannya dari bayi merah sampai remaja tentu didapat dari orang tua mereka yang non muslim.
Baiklah, Bagaimana kalau terjadi pada anda. Kebetulan saja anda di lahirkan dari orang tua muslim. Coba bila orang tua anda pendeta Kristen, pasti anda Kristen juga, apalagi anak pendeta saya jamin anda akan jadi orang Kristen yang fanatik. Lalu anda masuk neraka? Mau? Tentu anda akan menuntut kepada Tuhan , lho siapa sih yang mengatur saya lahir di lingkungan ini...? Kok tahu-tahu saya dimasukkan neraka.
Konsep yang adil tentu saja , yang sesuai realita kehidupan kita ( para ulama biasanya menyebutnya juga dengan ayat kauniyah, ayat yang tak tertulis ). Seperti dalam kehidupan masyarakat , siapa yang jujur, baik terhadap semua orang dia lah yang terbaik. Tanpa memandang suku, agama, warna kulit dsb. Ayat Qauliayh ( ayat yang tertulis , Al Quran ) pun demikian , seperti dalam ucapannya /firmannya :
Delete”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan berbuat kebajikan ( beramal saleh ), mereka aka menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
(Q.S. al-Baqarah 2:62)
Shabiin : ialah orang2 yang mengikuti syariat Nabi2 jaman dulu atau orang2 yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa.( Dari AlQuran Depag RI )
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berbuat kebaikan (beramal saleh), maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati.
( QS : Al Maidah 5:69 )
Menurut Tuhan/Allah swt dan realitas kehidupan, berbuat baik , jujur, adil, Tuhan tidak mungkin punya anak, tidak mungkin berwujud dua, tiga ,empat, INI SEMUA ADALAH HAL YANG BENAR. Khusus untuk ahli kitab (sebelumnya saya mohon maaf pada sahabat2 saya yang beragama non Islam, bukannya saya mau menyinggung) , mereka berkata Tuhan punya anak, Tuhan berwujud banyak , menurut Allah swt /Alquran di banyak ayat , mereka itu termasuk MENOLAK KEBENARAN / KAFIR ( arti kafir , dari kata ka-fa-ro : menolak kebenaran ) . Mereka memang salah . Tapi Tuhan maha adil maha pemurah lagi maha penyayang , , bila dari mereka ada yang berbuat baik kepada sesama tentu dimaafkan. Seperti dalamfirmannya :
Al maidah 65.
" Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa (berbuat baik karena takut akan hukuman Tuhan/Allah .pen) tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan."...
Jadi pertanyaan besarnya adalah SIAPAKAH ORANG KAFIR ITU , SELAIN SELAIN SUKU QURAISH YANG DIMAKSUD PADA AYAT AL KAFIRUN?....penulis akan menulis lagi pada blog ini mengulas sesungguhnya orang kafir itu. Karena kajiannya sungguhn luas , dan kesibukan pekerjaan penulis Insya Allah 2 bulan lagi , akan selesai.
DeletePada akhirnya ditangan manusialah, tafsir itu dilakukan. Anda ingin negara seperti apa? Irak , libya, Mesir, Afganistan , negara yang penuh air mata dan darah. Antar kelompok , antar Agama saling bertikai. Atau anda ingin negara yang damai ( arti islam : damai , salam). Dimana saling menghormati diantara kepercayaan , agama . Dan jarang kita mendengar , bahwa Tuhan itu memerintahkan kita berlaku adil diantara mereka , para ahli kitab itu.
Asy-syuura 15
"...... katakanlah: "Aku beriman kepada segala Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu (kerana kebenaran telah jelas nyata). Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadaNyalah tempat kembali semuanya (untuk dihakimi dan diberi balasan"
Demikianlah , kita seharusnya tidak usah menafsir2kan lagi ayat2nya... Karena kalimat perintah itu tidak butuh di tafsirkan lagi , tapi di jalankan. Mohon maaf bila ada kata kata yang tidak berkenan.
Manusia berusaha untuk mengetahui ke-BENAR-annya , tapi kita hanya bisa mengucap Wallahu a'lam bishawab. Hanya tuhanlah yang mengerti jawaban yang se-BENAR BENAR-nya.
This comment has been removed by the author.
DeleteMohon maaf tadi saya hapus karena ada yang kurang.
DeleteSelama ini kita mengenal orang kafir adalah ahli kitab dan orang musyrik dari ayat di bawAh ini,
Al Bayyinah 98 : 1 :"Orang-orang kafir YAKNI Ahli Kitab dan orang orang MUSYRIK..".
Al Bayyinah 98 : 6 : " Sesungguhnya orang orang yang kafir YAKNI Ahli kitab dan orang orang MUSYRIK..". .."
BANDINGKAN DENGAN : Shahih internasional. Termasuk Muhsin khan, Marmaduke Pickthall, Yusuf Ali , Shakir , Dr. Ghali menerjemahkan kata demi kata pada Al Bayyinah . Bagi pembaca yang tidak punya bukunya silahkan di google juga sama persis. Google ketik Al Bayyinah Alquran English.
Al bayyinah (98:1 ) : Those whom disbelieved AMONG the people of the scripture and polytheisme..."
Al bayyinah (98:6) : " indeed , they disbelieved AMONG the people of the scripture and polytheisme......"
Para ilmuwan- ilmuwan luar negeri itu menerjemahkan Al Bayyinah :" ORANG ORANG KAFIR DIANTARA MASYARAKAT AHLI KITAB dan MUSYRIK" Kemudian ada masalah siapa lagikah orang kafir itu? Selain orang orang Quraish yang menolak kebenaran (kafir) yang di bawa Nabi Muhammad , yang dimaksud SURAH Al Kafirun , tentu ada yang lain. Mudah2an dilain waktu kita bisa berdiskusi lagi. Temtu saja , kebenaran sejati hanyalah milikNYA. Terima kasih.
Brrti ahli kitab ada yg kafir donk pak???
DeleteMaaf pak, ahli kitab itu ada yg beriman dan ada yg tidak pak,,,
DeleteMaaf pak, kita untuk tafsir Al-Quran bukan merujuk pada ver. Bhs. Inggris, tpi merujuk pd bhs arabnya langsung penggunaan katanya spt apa?
DeleteKafir secara harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. jika dari arti harfiahnya
Deletemaka nasrani dan yahudi juga termasuk kedalam kelompok kaum kafir, terlepas mereka termasuk ahlul kitab tetapi mereka juga
tidak mengakui atau mengingkari ke-Nabian dan ke-Rasulan Muhammad S.A.W. Tapi saya sependapat dengan Bapak Abimayu bahwa dalam memahami suatu ayat harus melihat Asbabun Nuzulnya.
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.“[QS. Al-Maidah:72
Delete“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.“[QS.Al Maidah:73]
Saya makin dibuat bingung dengan pendapat bapak. Saya pun membaca kitab tafsir Al-Qurtubi juga menafsirkan bahwa ahli kitab termasuk orang kafir. Namun dari website-website tafsir berbahasa inggris memang menafsirkan berbeda seperti yang bapak jelaskan.
ReplyDeleteNamun demikian, saya setuju dengan bapak bahwa dalam islam non-muslim boleh menjadi pemimpin. Kita, umat muslim, terlalu banyak meributkan hal-hal seperti ini sehingga saat ini menjadi bangsa yang terbelakang.
Terima kasih anda sudah mau berdiskusi dengan saya.
DeleteMenafsirkan ayat Tuhan yang dituliskan , ayat qauliyah yaitu Alquran ( kuliah berasal dari kata ini ) , harus sama dengan ayat kauniyah , ayat tuhan yang tidak dituliskan yaitu REALITAS KEHIDUPAN ( anda bisa mempelajarinya sendiri google : ketik ayat qauliyah dan kauniyah). Seperti anda membeli sepeda motor honda , buku manualnya harus sama dengan kondisi motornya, karena pabrik pembuatnya sama. Demikian juga tmenafsirkan Alquran Harus klop...sesuai dengan realitas hidup sehari2. Begini , ribuan bangsa kita bekerja pada perusahaan samsung ,philips , yamaha , huawei yaitu perusahaan bangsa korea, jepang , belanda , cina atau bangsa lainnya yang non muslim. Mereka ini berbuat baik lho. menolong orang , sehingga sejahtera , dapat gaji, untuk makan , sekolah , beli obat ketika sedang sakit. Dan banyaka lagi. Tapi Bila tafsir non muslim tidak boleh jadi pemimpin diberlakukan , ribuan orang akan keluar dari pekerjaannya dan Menjadi pengangguran. Dampaknya sosialnya, anak2 tak bisa sekolah , pendidikan rendah, banyak orang kurang makan, kriminiltas tentu saja meningkat, semakin runyamlah bangsa kita. Jadi tafsir ini tidak sesuai dengan ralitas kehidupan.
Dalam kehidupan sehari hari ( ayat kauniyah) , kita menegenal orang baik. Yaitu orang yang selalu melakukan HAL HAL YANG BENAR. Contoh KEBENARAN itu adalah , Menolong orang yang sedang kesusahan, menolong anak yatim, membantu penderita kecelakaan, tidak melakukan kejahatan, tidak melakukan penipuan, tidak melakukan pemerasan , pendek kata orang ini adalah ORANG BAIK. Biasanya kita tidak memandang agamanya, sukunya, warna kulitnya, bila baik kita tentu akan sangat senang dengan kehadirannya . Dan kehidupan menjadi tenang, rukun , nayaman, damai. Sebaliknya kita akan merasa susah bila ada orang YANG MENOLAK KEBENARAN INI. Orang ini malah sering menipu, memeras, membohongi anak yatim , memperkosa , orang ini kita katakan ORANG JAHAT walaupun agamanya Islam , kitapun tidak akan suka. Kembali ke Ayat qauliyah ( alquran) . Arti KAFIR adalah orang YANG MENOLAK KEBENARAN ( silahkan search google arti kafir ). Ahli kitab termasuk kafir tapi berbeda dengan kafir suku quraisy yang menolak kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad agar BERBUAT KEBAIKAN. Kafir dari ahli kitab , adalah mereka menolak kebenaran Bahwa Tuhan tidak mempunyai anak. Tapi bila mereka berbuat kebaikan di dunia ( amal sholeh ) mereka akan dimaafkan. Bukankah Tuhan maha bijaksana , karena seseorang dilahirkan ditempat yang beragama non muslim , katakanlah Kristen, diluar kemampuannya. Bila seumur hidup dididik dengan nilai2 itu, dia tidak bisa mengelaknya. Inilah maksud dari ayt diatas
Al maidah 65.
" Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa (berbuat baik karena takut akan hukuman Tuhan/Allah .pen) tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan."...
Lihat kembali Al baqarah 62 , almaidah 69.
Kafir nya kaum quraisy , selain polytheisme yaitu menyembah patungnya Laata, 'Uzza dan Manat mereka juga MENOLAK KEBENARAN untuk bebrbuat kebaikan. Berjudi, memeras, mabuk2an, membunuh anak kecil, istri di perjual belikan , di berikan kepada teman sebagai minuman tanda persahabatan, riba lebih dari 500persen , yang membuat si peminjam tidak bisa melepaskan diri. Coba anda bisa baca sejarah nabi karangan Martin lings , karen armstrong, Husein haikal (ada e. booknya) , yusuf ali atau ..banyak kok di toko buku gramedia. Bagi saya mustahil menafsirkan ayat alquran tanpa mempertimbangkan realitas kehidupan dan sejarah hidup sang Nabi atau ayat kauniyahnya..
Wallahu 'alam bishawab. Hanya tuhan yang tahu jawaban yang sebenar benarnya. Manusia hanya berusaha menafsirkan.
Untuk kaum non muslim Mohon maaf bila ada kata kata yang tidak berkenan , karena seharusnya tulisan ini haya untuk kalangan internal umat islam. Sekali lagi mohon maaf.
Bolehkah di tarik pemahaman bahwa Al quran turun untuk memperbaiki Aqidah dan Aklaq. Saya sependapat bahwa ayat Al Quran ada yg tersurat dan yg tersirat di (alam semesta). Dan yg tersurat maupun tersirat "TIDAK ADA PERTENTANGAN" antar keduanya.
DeleteLalu bagaimana kita mensikapi pemilihan pemimpin jika pilihannya :
1. Aqidah sama tetapi Aklaq nya tidak baik ( Tidak amanah tidak adil, tidak kapabel )
2. Aqidah berbeda tetapi Aklaq baik (amanah, adil, kapabel dll)
Sementara Aqidah,hanya Allah SWT yg berhak menilai.
Sedangkan Aklaq, kita sesama manusia "masih" diberi kemampuan untuk menilai.
Mohon pencerahannya agar saya tidak hanya menjadi buih di samudra luas.
Terimakasih atas pencerahannya " Mudah2an umat muslim indonesia (khususnya) dimudahkan dalam menjalani berbagai aktivitas kehidupannya dalam/dengan lingkaran ajaran islam nya" amin ya rabb..
ReplyDeleteSama sama ...mas
Deletedh,
ReplyDeletesurat abasa banyak benernya, sering saya tanya ngalor ngidul diabaikan makanya bisa maklum, termasuk maklum bila komen sebelumnya terabaikan
saya suka dg tulisan pak dokter karena meninjau masa lalu untuk memahami turunnya wahyu, sebenernya saya ingin banyak belajar namun banyak diabaikan orang sombong yang sok sibuk untuk baca-baca sudah tidak kuat, padahal sangat ingin terutama Asbabun Nuzul, agar bisa memahai wahyu-wahyu yang ditulis dalam AlQuran
saya lebih senang islam yang modern yang sesuai dengan zaman karena dalam islam sendiri mengakui pembaharu yang selalu mengingatkan umatnya untuk tetap lurus namun bisa mengikuti zaman, misal bila sudah tidak ada zaman budak jangan balik lagi manusia lain dijadikan budak
tidak membuat kerusakan, bertobat, taqwa dan tawakal serta hidup toleransi penuh kasih sayang itulah yang saya pahami dari islam
This comment has been removed by the author.
DeleteMohon maaf tadi ada yang belum tertulis
DeleteBERBUAT ADIL KEPADA UMAT BERAGAMA LAIN
Ulama dulu membagi ayat , kata Tuhan/Firman Allah swt menjadi 2 :
1. Ayat Quliyah : yaitu firman / ucapan Tuhan yang tertulis , yaitu Alquran. Qauliyah kemudian menjadi kata serapan kuliah . Suatu kegiatan mencatat sumber dari orang lain menjadi bentuk tulisan.
2. Ayat Kauniyah : suatu bentuk kata / Firman Tuhan yang tidak tertulis yaitu realitas kehidupan sehari hari. Siapakah diantara kita yang senang dengan kondisi perang? Setiap hari kita terancam akan dibunuh atau mambunuh lawan . Atau setiap hari kita mendengar sanak saudara kita yang teraniaya baik fisik maupun psikis. Siapa yang senang? Tentu tidak ada yang senang. Semua orang ingin hidup damai dan semua orang ingin , setiap orang disekitarnya menjadi orang yang jujur , baik dan berperilaku baik.
Tujuan Ayat qauliyah harus sama dengan ayat kauniyah yaitu tujuan realitas kehidupan manusia , hal ini karena penciptanya sama. Ini ibarat anda beli honda buku manualnya juga harus sama Honda. Karena pembuat nya sama. Islam artinya damai . Orang shaleh artinya orang yang beriman dan jujur baik. Amal sholeh artinya berbuat kebajikan bagi orang lain. Kalau mau berbuat baik bagi semua orang , hidup ini nyaman.
Selain mempelajari ayat alquran kita juga harus mempelajari realitas kehidupan agar paham maksud ajaran Tuhan. Keharusan orang muslim menjadi orang saleh , yaitu konsep beriman ( di tandai dengan aktifitas shalat , puasa dll) dan jujur, baik menjadi satu kesatuan. Hasil tafsir meneriakkan Allahu akbar , Shalat , berpuasa (beriman) tapi di ikuti korupsi , pemukulan, pembantaian, membunuh orang , jelas bukan yang di maui Tuhan dan tidak sesuai realitas kehidupan. Hal ini tentu akan menimbulkan balas dendam pihak yang teraniaya. Saya ingin mengutip kata kata bijak seorang non muslim , tapi sangat sesuai dengan realitas kehidupan :
" injustice anywhere is a threat to justice everywhere ". Martin Luther King .
Ketidak adialan disuatu tempat akan mengancam keadilan di tempat lain. Dengan kata lain , bila kita di jawa ini menganiaya seorang non muslim ,baik Kristen atau Hindu , sanak saudara kita di NTT , Bali, Papua , maupun di Ambon akan terancam juga oleh masyarakat disana. Timbulah kekacauan. Tapi bila kita berbuat baik terhadap non muslim disini, ada harapan sanak saudara kitapun akan di perlakukan dengan baik. Itulah sebabnya ketika Nabi Muhammad saw di olok olok dengan beringas dengan penuh nafsu amarah oleh masyarakat agama lain saat itu, turunlah ayat ini :
"Oleh kerana yang demikian itu, maka serulah (mereka -wahai Muhammad - kepada berugama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankannya sebagai mana yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sebaliknya katakanlah : Aku beriman (percaya) kepada segala Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu . Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadaNyalah tempat kembali semuanya (untuk dihakimi dan diberi balasan)". Asy syuraa 15
....Demikianlah konsep Islam. Ayat Qauliyah harus sama dengan Ayat Kauniyah....Wallahua'lam bishawab. Hanya Tuhanlah yang mengerti jawaban yang sebenar benarnya.
terima kasih atas pencerahannya, mungkin saya hanya terpaut 3 tahun dengan dokter, karena ketika dokter lulus SMA saya baru lulus SMP, mata saya cepat lelah bahkan mual bila dipaksa baca makanya jadi malas baca
Deleteselama baca-baca terjemahan Al Quran atau dengar mp3 terjemahan tidak ada satupun keraguan saya mengenai benarnya, namun saya hanya abaikan keyakinan lain bukan anggap yang lain jadi salah, karena itu bukan lagi jadi urusan saya
ketika baca keteladanan, misal :
Nabi Muhammad menikah lagi baru setelah istri pertama meninggal, semua istri Nabi Muhammad sudah tua kecuali Aisyah dan banyak hal lain yang dokter pasti lebih tahu, nah mengapa sekarang yang ditiru hanya poligaminya ?
Nabi Muhamad sangat sabar & bijaksana terhadap sesama dimasa damai
http://mualaf-alhamdulillah.blogspot.com/2013/02/ternyata-orang-paling-penyabar-di-dunia.html
yang paling heran saya adalah bila umat sekarang ingin melakukan perjalanan ibadah ke tanah suci banyak yang mengabaikan dan meremehkan aturan pendamping, bahkan melakukan kebohongan dengan legalitas surat mahram namun bukan dengan saudara sebagai pendamping, mau beribadah tapi dari awal sudah berbohong, padahal suami yang sedang berperang saja oleh Nabi Muhammad diperintah meninggalkan peperangan demi mendampingi keluarganya
asal tidak merasa terbebani dan tidak merugikan orang lain, tetap sesuai etika dan kesantunan saya kira tidak masalah tiap orang melakukan kegiatannya terutama yang membuat ibadahnya lebih baik, namun untuk menghakimi seseorang bukanlah hal yang mudah, hanya Tuhanlah yang mengerti jawaban yang sebenar benarnya. (pinjem)
Aslkm wr.wb.sekedar mengingatkan menafsirkan ayat2 al-Qur'an haruslah dengan ilmu tafsir pula, tidak boleh dengan akal pikiran masing2 manusia,,kalaulah dgn akal pikiran masing2 satu RT bisa berbeda2 pula,,,standart tafsir itu kan sudah ada,,,pake kitab apa, ulamanya siapa yang jdi rujukan,,,hadits apa,, shahih kah haditsnya? Yang paling tahu makna dari setiap ayat2 al-Qur'an adalah Nabi Muhammad SAW, beliau sudah wafat, dan dari mana kita bisa mendapatkan penjelasan Nabi Muhammad SAW? dari hadits yang ditinggalkan beliau melalui sahabat2nya, tabi'in, tabi'at tabi'in, dan ulama.sesungguhnya ulama adalah pewaris nabi.
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungan pak Omar Ali dan pak Irfandi Taufik
DeleteSebelumnya , saya sangat berkeberatan sekali dengan pernyataan anda. Dimana seolah olah kita tidak boleh menggunakan akal kita. Marilah kita mengingat kembali bahwa Alquran adalah sebuah ucapan/firman Tuhan ynag disampaika kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW untuk semua manusia termasuk kita. Untuk itu perkenankan saya mengutip ucapanya /firmannya :
"....... dan Allah melimpahkan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (Yunus : 100),
Untuk itu marilah kita berdiskusi dengan akal sehat sesuai dengan firmannya diatas. Sebelum kita berdiskusi , marilah kita pahami dulu, bahwa setiap orang punya pendapatnya sendiri sendiri. Bahkan para ulama mazhab sekalipun pendapatnya berbeda-beda. Ada mazhab Hanafi , Maliki , Hambali , Imam Syafii mereka ini pendapatnya tidak satu. Apakah pak irfandi tau bahwa tentang aurat wanitapun mereka berbeda beda. Dipersilahkan anda mebuka buka kembali pendapat mereka tentang aurat ini. Pernyataan anda t
Dalam kehidupan sehari haripun ada NU , Muhammadyah , LDII, Tarekat naqsabandyah, salafy, sufi pun berbeda beda. Itu hanya segelintir saja aliran dalam Islam yang berbeda. Menurut pak irfandi siapa yang paling benar tentang doa qunut, tahlil, wanita boleh jadi pemimpin atau tidak, boleh menyimpan patung atau tidak...dan berpuluh lagi masalah . Biar tidak melebar bila pak irfandi tidak punya bukunya , ketik google tentang tarjih dewan ulama muhammadyah dan bahsul masail dewan ulama NU , bapak bisa melihat betapa ulama yang mereka kutipkan saling berbeda pendapat....menurut pak irfandi siapakah yang paling bebar diantara puluhan ulama ulama yang jadi sandaran para ulama NU dan muhammadyah itu.
Itu antar ulama Islam sendiri , belum perbedaan pendapat Agama Islam kita dengan pendapat orang Krisren , katolik , Yahudi , Budha , Konfusius belum perbedaan dengan kultur orang Jepang, Orang Korea, China . tanyalah tentang aurat wanita, pakaian yang benar, kepercayaan terhadap Tuhan, mengunjungi keluarga yang meninggal. Menurut pak afandi siapa yang benar?
Terus terang pak irfandi , saya sendiri tidak tahu siapa yang benar. Biarlah saya mengutip ucapan Tuhan lagi di Alquran , tanpa saya tambahi, sedikitpun. Ucapan yang maha Agung, pencipta kita semua , para Nabi, termasuk Nabi Muhammad , para sahabat , para ulama , dan sisi alam raya, yang mengetahui semua sifat mahluknya.
“ Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat “ : (Adz-Dzaariyat 51:8)
Dan siapakah yang paling benar?
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannyamasing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. ( Al Isra 17:84 )
Kata keadaan itu dapat berbeda-beda karena pembawaan, adat istiadat, agama dan kebiasaan masing-masing suku bangsa tentu berbeda. Saya tidak akan mengomentari sedikitpun atau mengkoreksi atau menafsirkan pernyataan Tuhan itu. Biarlah seperti apa adanya. Karena bila kita mengada ada , menambah nambahinya padahal di Alquran tidak ada , kita terkena "pasal mengada ada"
” Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman (percaya) kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.( An Nahl, 16:105 )
Sebagai penutup, untuk koreksi diri, atas pencarian pribadi saya tentang "agama Islam yang sebenarnya" mohon dikoreksi bagian tulisan saya yang salah. Mohon maaf bila ada kata yang tidak berkenan dihati anda.
Terima kasih atas perhatiannya. Kita berusaha tapi Tuhanlah yang tahu jawaban yang sebenar benarnya ( wallahu a'lam bishowab).
Untuk pak Irfandi say sangat menunggu jawaban anda dan menunjukkan , dikutipkan tulisan saya yang tidak benar. Terima kasih
DeleteAssalamualaikum dr. Abimanyu, saya mohon ijin menyadur komentar dokter tentang perbedaan.
DeleteTerima kasih sebelumnya :)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSaya hapus karena anda malah menawarkan dagangan Handphone disini.
ReplyDeleteYg mau pake jilbab ada dalilnya,yg tdk mau sudah tersedia mau qunut cari dalilnya pasti ada yg ga mau poligami ada dalilnya,sholat ied kapan saja ada dalilnya.yg gak ada dalilnya memaksakan pendapat
ReplyDeletesetuju, dan gerakan memaksakan pendapat sedang terjadi di Indonesia, dimotori oleh wahabi, mereka mengklaim sebagai Islam yang paling lurus dan paling benar, bahkan ulama2 NU disesatkan dan dikafirkan..
DeleteMaaf agak, menyimpang,sy juga idem hormat sama pak dokter abi,walaupun usia bp di bawah sy.semoga pannjang umur,sehat,dan terus menulis.amin
ReplyDeleteTerima kasih pak cecep. Saya sangat merindukan suasana Indonesia 1970-1980an , ketika umat Islam sangat toleran dan sangat menghormati pihak lain. Pak cecep pasti ingat ketika REVOLUSI ISLAM IRAN 1979 , Imam Iran Khomeini berhasil menggulingkan Syah Iran dukungan Amerika. Khomeini dan para pendukungnya , berusaha menarik Umat Islam dunia , dengan Jargon , semboyan " Amerika dan sekutunya adalah musuh Islam". Peristiwa inilah yang menyeret orang muda kita ikut ikut menjadi militan. Dan pengaruhnya masih terus terasa sampai kini. Anda bisa melihat peristiwa peristiwa Orang Islam melakukan BOM BUNUH DIRI , PASTI SETELAH 1979 . Peristiwa peristiwa bom bali , bom mariot , Syiah lawan Sunni , orang orang non Islam di persulit saat akan beribadah pasti setelah tahun ini. Padahal peristiwa yang terjadi di jawa sini terhadap non muslim , akan mengancam orang muslim juga di daerah non muslim di flores, Ambon , Papua . Ini berbahaya sekali. Seperti yang dikatakan Martin Luther King : " injustice anywhere is a threat to justice everywhere ". KETIDAK ADILAN DI SUATU TEMPAT AKAN MEMICU KEADILAN DITEMPAT LAIN.
ReplyDeleteSuasana 1980an saat itu , TIDAK ADA KONFLIK FISIK ANTARA ISLAM DAN NON ISLAM. Sebagai gambaran , teman saya yang pendeta Kristen orang Ambon, yang saya kenal 1982 , masih baik dengan saya, malah seminggu yang lalu tidur beberapa malam di ruamh saya. Sahabat saya yang beragama Hindu Bali , kasta brahmana pun masih berhubungan baik dengan saya. Bila ke Jokja pasti bertemu dengan saya. Tapi sayang sejak 1990an , banyak orang luar Jokja yang memabawa paham paham yang bagi saya " sangat mengerikan ". Saya hanya khawatir , negara kita kelak seperti negara negara Islam sekarang , yang hampir semuanya , masyarakatnya saling kafir mengkafirkan. Minggu yang lalu 80an orang mati berlumur darah karena bom di mesjid IRAK . Begitu pula di Yaman , libya , Mesir, Suriah , Irak nyaris hampir semua negara Islam di Timur tengah seperti itu. Bila terjadi seperti ini, yang merasakan kita semua , saya , anda dan pembaca semua.
Suasana yang adem , dan sejuk karena selain beragama Islam kita juga di sekolah diajarkan budi pekerti dan Budaya Indonesia. Seperti begini , pepatah padang mengatakan : di kandang kambing kita mengembik, dikandang sapi kita melenguh. Ajaran nenek moyang kita mengajarkan , kitalah yang harus menyesuaikan dengan adat sekitar apapun agama kita . Berat di pikul sama di jinjing , kta selalu tolong menolong dengan sesama tanpa memandang agama , suku dan lain sebagainya. Demikianlah suasana yang hilang saat ini. Paling tidak itulah yang saya rasakan saat ini.
Tapi ada harapan pak cecep , ketika para ulama mendeklarasikan Islam Nusantara baru baru ini. Semoga , selain beragama Islam kita juga menjalankan budaya kita yang baik dan kembali ke suasana saat itu yang sangat menyenangkan dan tenteram.
Semoga Tuhan mengabulkan doa kita Pak Cecep . Amin.
Ketika ulama arab saudi mewajibkan jilbab untuk rakyat arab,maka segera direspon oleh msy.kita,o,itu untuk seluruh umat,tetapi ketika ulama mengharamkan wanita menyetir mobil/motor maka ,komentarnya, buat lo aja,kalee gue mah kagak bakal ikut,makanya banyak wanita berjilbab menyetir mobil,motor tanpa merasa dosa,ya Allah ampunilah mereka yg belum sadar,tunjukan kpd mereka jln yg lurus.
ReplyDeleteAmin.so pasti saya ingat ttg revolusi iran ,waktu itu masy.indonesia sangat memuji perjuangan ayatullah khamaeni,yg berhasil mengelahkan shah iran(termasuk sy tentunya)imron yg pulang sekolah disana,berpidato dicimahi Jabar,bhw jilbab wajib,kini imron telah tewas di dpn regu tembak eksekusi mati teroris,tapi Iran dibenci hanya karena fahamnya syiah,loh gitu..?bingung,kan?
ReplyDeleteSy.sudah menganggap jilbab sejak th 86.kurang lebih,pengalaman pemahamannya sama dg pak dokter abi,bedanya pak abi lebih ilmiah,logis dan berfikir sistemik,tapi sy tetap hormat sama kaum hijaber,walaupun anak d istri sy te tap menutup aurat minus kerudung
ReplyDeleteMaaf maksudnya jilbab tdk wajib
ReplyDeleteSubhanallah dalam hitungan hari ,telah muncul di hadapan sy orang2 cerdas,mulai dari gusdur,,cak nur,qurais.Sh.abimanyu,si unyil,yg jelas levelnya di atas sy.alhamdulilah
ReplyDeleteTerima kasih pak atas dukungan moralnya.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteYth Bapak abimanyu,
ReplyDeleteTerima kasih untuk pengetahuannya, yang saya mau tanyakan apakah dalam hal ini artinya alquran tidak bisa menjadi panduan hidup kita saat ini, jika penggunaan ayat nya harus sesuai dengan kondisi seperti saat itu?
terima kasih ,
semakin banyak orang kafir jdi pemimpin maka kalian akan tu sendiri apa akibatnya.contoh kecil saja,,padahal orang kafir sedikit saja jdi pemimpin tetapi pengaruhnya sdh besar seperti:miras dan pelacuran sdh dilegalkn ditmpt tertentu,,,
ReplyDeleteBagus dilegalkan...karna tak mungkin dimusnahkan.... dg pelegalan...akan meminimalisir penyebaran bebas....
DeleteKejahatan itu butuh ruang... seperti neraka...juga diciptakan dan disediakan sbg balasan....
kalau pemimpinnya non muslim, masyarakat yang dipimpinnya muslim, ketahuilah bahwa penggembala lagi menggiring domba2nya yang tersesat untuk diarahkan ke jalan "yang benar".
ReplyDeletebahaya pak kalau ulama sesukanya menafsirkan al quran... apalagi ulama murid mbah google... wajar kalau mahasiswa bapak punya tafsir masing2 wong bukan ahli tafsir...
ReplyDeletebicara tentang ahli tafsir, saya juga bukan ahlinya, mungkin bapak lebih ahli. lalu, bagaimana menurut bapak dengan tafsir ibnu katsir yang sangat mahsyur ini?
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini: “Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mu’min yang melanggar larangan ini Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim“” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
Lalu Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim‘” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
mungkin saya cuma satu pertanyaan, apakah di jaman para sahabat ataupun di jaman setelahnya ada seorang pemimpin yang di angkat selain orang yang beragama Islam? Terima kasih sebelumnya.
ReplyDeleteOh ya satu lagi pak dokter, kesimpulannya, Quran itu harus dilihat secara kotekstual dan kondisional yah? Jadi kalau gak cocok dengan kondisi dan konteks kekinian maka Quran tidak berlaku.
ReplyDeleteOh ya satu lagi pak dokter, kesimpulannya, Quran itu harus dilihat secara kotekstual dan kondisional yah? Jadi kalau gak cocok dengan kondisi dan konteks kekinian maka Quran tidak berlaku.
ReplyDeleteAlhamdullilah..pencerahan yg sangat luarbiasa dari Pak Abimanyu semoga Alloh melimpahkan kebaikan yg luas.
ReplyDeletePak dr.Abumanyu..smoga Alloh slalu ksih limpahan kebahagiaan dn petunjuk buat anda..beberapa komentar dari saya..
ReplyDelete1. Cukup Alquran dan Al hadist sbagai rujukan hukum tertinggi..termodern..atau apapun istilah lainnya..tiada yg sempurna kecuali hukum2 Alloh yg tertera di Alquran dn Al hadist sbagai rujukan dn landasan utama
2.Kita tidak dibenarkan menafsirkan ayat berdasarkan interpretasi kita masing2..amatlah berbahaya..anda bisa lihat apa2 sahaja atau bagaimana latar belakang para ahli tafsir2 yg teruji kesholehannya..keilmuan shahihnya..dari sna kita bisa ukur dmana posisi kita atas mreka..
3.Pengingkaran kafir bagi umat selain muslimin stelah datang petunjuk yang haq adalah bathil..dan membahayakan akidah seorang muslim..
4.Terlalu bahaya mengutak atik ayat per ayat mnurut representasi sndiri tnpa dilandasi keilmuan yg haq..lebih mengutamakan nafsu..mengedepankan akal dn hati yg sempit..dengan kata lain kita harus berguru kepada ulama2 yg memiliki sanad keilmuan yg jelas..sering2 ikut hadir dalam kajian2 keilmuan..kumpul bersama orang2 sholeh yg tawadhu..mohon maaf bisa dibilang serahkan pada ahlinya..
5.Islam adalah agama yg sngat sempurna..sya rasa kita sepakat dalam hal ini.
permasalahannya adalah apakah kita dan konsisten untk patuh..istilahnya..sami'na wa'atona..
Demikian komentar dari saya..mohon maaf apabila ada yg kurang berkenan..smoga Alloh slalu memberikan petunjuk yg haq kepada kita dn slalu diberi kekuatan untuk mengikutinya..dn melindungi kita dri langkah syaitan yg penuh bujuk rayu dislubungi kebaikan padahal menyimpang jauh dri kebenaran..smoga pak dr.Abimanyu slalu dlam keadaan lapang dn sehat..Aamiin..Yaa Robb..
Alhamdulillah, terima kasih banyak atas pencerahannya. Setelah banyak membaca, saya meyakini Wali yang dimaksud di sini adalah Pelindung yang bisa melindungi atau menolong kita di saat kesulitan. Tentunya syaratnya adalah ybs tidak memusuhi Islam. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah meminta pertolongan non muslim, a.l. Raja di Abbissinia (sekarang Ethiopia) yang beragama kristen. Artinya tidak haram bagi kita meminta non-muslim untuk menjadi Wali atau pelindung kita, sepanjang mereka tidak mengganggu kita dalam beragama.
ReplyDeletePemikiran luar biasa dan mendalam.. layak sbg referensi saya dlm melangkah.. tafsir semantik dan hermeneutiknya jelas.. saya memahami, memang kondisi pengetahuan umat islam setelah imam al ghazali memberikan doktrin agar umat islam MENUTUP AKALNYA dan hanya kembali pd tafsir Imam2 besar dan al hadist yg ternyata jg tidak sama antara satu dan yg lainnya membuat kebodohan menjamur pd masyarakat muslim.. krn tekstual.. jumud/terbelakang.. bahkan membuat paham2 terorisme semakin menjamur jg.. saya yakin islam adalah agama yg membawa pd maslahat.. dan saya percaya pd pemikiran anda drpd dg org2 yg tekstual dan tak mau berpikir.. trima kasih..
ReplyDeletePemikiran luar biasa dan mendalam.. layak sbg referensi saya dlm melangkah.. tafsir semantik dan hermeneutiknya jelas.. saya memahami, memang kondisi pengetahuan umat islam setelah imam al ghazali memberikan doktrin agar umat islam MENUTUP AKALNYA dan hanya kembali pd tafsir Imam2 besar dan al hadist yg ternyata jg tidak sama antara satu dan yg lainnya membuat kebodohan menjamur pd masyarakat muslim.. krn tekstual.. jumud/terbelakang.. bahkan membuat paham2 terorisme semakin menjamur jg.. saya yakin islam adalah agama yg membawa pd maslahat.. dan saya percaya pd pemikiran anda drpd dg org2 yg tekstual dan tak mau berpikir.. trima kasih..
ReplyDeleteterlihat manusia Liberal yang menyamakan semua Agama dan pemimpin itu sama,,,, Hati hati rasukan kaum liberalisme dan berpegang teguhlah kepada Wahyu Alloh Swt dan Sunnah Nabi Muhammad Saw, ( AlQuran - As sunnah ) dan Dalil Yang Shahih bukan yang Dhoib..
ReplyDeleteDr. Abimanyu tidak fair karena menghapus tulisan atau komen yang mungkin mematahkan argumennya
ReplyDeleteArtikel yang bagus. Saya muslim dan sudah lama memiliki pemikiran yang sema dgn dr.Abimanyu. Banyak umat bahkan ustads dan kyai yang menafsirkan AlQuran dan Hadist dgn visi yang sempit. Setelah saya belajar pada orang2 ahli, barulah saya paham bahwa ajaran Islam itu sangat luas dan fleksibel. Tapi dampaknya akan dicap (dihakimi) sbg Islam Liberal. Padahal yang saya tahu Islam ya Islam, tanpa ajektif. Islam sumbernya AlQuran dan Hadist yg shahih. Timbul perbedaan karena kita terlalu sombong untuk mau berubah. Sudah tahu hadist palsu, tetap dipakai, karena gengsi sdh terlanjur memakai hadist tsb selama puluhan bahkan ratusan tahun. Gengsi karena guru2 mereka sdh memakai hadist palsu tsb. dll. dst. Entahlah... biarlah Allah swt sebagai Sang Hakim dan semoga Dia memberi petunjuk dan kelembutan hati untuk menerima kebenaranNya. Amin.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalamualaikum,semoga Allah selalu memberikan hidayah buat kita semua.saya setuju dengan kedamaian.tapi dengan tulisan yang banyak beredar dan banyak pendapat saya mulai berpikir,seandainya tafsir yang bapak kemukan itu benar masalah memilih pemimpin non muslim,maka saya berpendapat baik yang memilih non muslim atau tidak memilih non muslim,Allah tidak akan berlepas diri kepada siapapun,tapi kalau seandainya tafsir bapak salah,dan tafsir yang mengatakan tidak boleh memilih pemimpin non muslim benar maka Allah akan berlepas diri dari yang memilih non muslim.dan setahu saya utk muslim yang bekerja di perusahaan non muslim mereka tidak punya kesempatan utk memilih pemimpin perusahaannya.maaf kalau saya ada salah.semoga bisa jadi pencerahan.
ReplyDeletedr. Abimanyu say:
ReplyDeleteTuhan maha penyayang ( rahmatan lil alamin ) pada seluruh umatnya , bahkan hewan tumbuhan, planet planet . LOGIKANYA dan seharusnya beliau bertindak adil. Seorang muslim yang berkelakuan jahat , mencuri , perampok tentu tidak adil akan masuk surga , bila sebaliknya saudara kita yang non muslim baik hati, berlaku jujur, suka menolong sesama , berbuat kebajikan malah masuk neraka. Ini sangat tidak adil dan menyalahi konsep Tuhan maha adil. Bukankah mereka dilahirkan dari rahim seorang ibu yang non muslim siapa yang mengaturnya , Tuhan/Allah juga khan? Bukan salah mereka ketika menjadi non muslim. Karena otomatis pendidikannya dari bayi merah sampai remaja tentu didapat dari orang tua mereka yang non muslim.
Baiklah, Bagaimana kalau terjadi pada anda. Kebetulan saja anda di lahirkan dari orang tua muslim. Coba bila orang tua anda pendeta Kristen, pasti anda Kristen juga, apalagi anak pendeta saya jamin anda akan jadi orang Kristen yang fanatik. Lalu anda masuk neraka? Mau? Tentu anda akan menuntut kepada Tuhan , lho siapa sih yang mengatur saya lahir di lingkungan ini...? Kok tahu-tahu saya dimasukkan neraka.
Tanggapan:
Dari pemikiran sdr dr. Abimanyu tsb diatas jelas terlihat bahwa dia adalah berfaham liberal dan sinkritisme. Yg beranggapan bahwa semua Agama adalah benar. & yg penting adalah berbuat baik ia akan masuk surga.
Apakah sdr dr. Abimanyu belum membaca firman Allah berikut:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah, dan tempatnya ialah naar, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun." (QS Al-Maa-idah : 72)
Kemudian firman Allah sbb:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. Ali Imran: 85).
Sedangkan nilai kebajikan itu berbeda antara pandangan manusia & Tuhan. Walaupun pada pandangan manusia org itu baik, namun jika dia tdk ikhlas karena Allah maka tdk akan mendptkan pahala. Apalagi jika tdk beriman atau syirik maka segala amal kebaikannya seperti debu yg tdk ada artinya dihadapan Allah.
Jika anda protes atau menuntut Allah di neraka nanti.. silahkan saja… Paling2 nanti Allah akan bilang: silahkan kalian minta upah atau surga pd Tuhan yg kalian sembah, silahkan minta surga pd Yesus, apakah ia mampu memberikan surga?
Wahai sdr2 Muslim janganlah anda percaya begitu saja pd penulis diatas (dr. Abimanyu). Karena pemikirannya bertentangan dengan ajaran Islam – Ahlussunah Wal Jamaah. Carilah ustadz atau ulama yg jelas keilmuannya. Alumni Pesantren atau Universitas terpercaya.
setuju...manusia dilengkapi akal untuk berpikir
DeleteBumi bak hanya sebutir "debu" di alam raya yang maha luas ini.
ReplyDeleteAlam semesta dan semua ini hanya hadir karena sang Pencipta yang Maha Perkasa. Hamba yakin bahwa Al Qur'an adalah surat cinta dariMu Yang Maha Tinggi dan Maha Benar: Alloh Swt. Yang diturunkan melalui hambaNya Muhammad saw. Apa yang difirmankanNya dengan jelas adalah Benar adanya, tanpa keraguan.
Lebih baik kembalilah kepada Alloh, dan kembali kepada Al-Haq.
Takutlah kepada Alloh, dengan menafsir-nafsirkan Al-Qur'an, ketika tiada kecukupan ilmu pengetahuan untuk itu.
Takutlah kepada Alloh menafsir-nafsirkan ayatNya ... hanya demi pembenaran, pengingkaran atau pun pembelaan sesuatu di muka bumi. Hanya demi pembenaran dan pembelaan sebutir "debu"nya debu debu debu debu .... yang bernama AHOK, yang belum tentu kebenarannya.
Sudah wajibnya muslim menyeru kepada Al-Islam.
Sudah tugasnya non-muslim menyeru kepada kepercayaannya.
Pilihlah dengan benar pemimpin-pemimpinmu, karena engkau juga akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Alloh.
Ucapkan bismillaah ketika engkau memilih, agar Alloh menurunkan rahmat atas pilihanmu.
Yaa Alloh ... tunjukkanlah yang benar itu tampak benar adanya, dan yang salah itu tampak salah adanya. Dan kepadaMulah kami semua akan kembali. Amin.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSudah seharusnya orang islam itu menyeru kepada agamanya.
ReplyDeleteTetapi kenapa seolah-olah anda yang katanya "Agamaku Islam" menyerang dan mengkritisi ajaran islam sendiri.
Selain anda memutarbalikkan pendapat para mufasir, para alim,
Al-Hadist, ... lama-lama anda akan mengatakan islam itu sesat.
Maaf saudara, saya akui anda cukup cerdik, intelek, rajin baca referensi. Tapi dari tulisan-tulisan anda ... nampaknya mengandung maksud-maksud tertentu, yaitu penyesatan umat islam.
Jujurlah dengan hati anda sendiri.
Berikut ini adalah sejumlah Dalil Qur'ani beserta Terjemah Qur'an Surat (TQS) yang menjadi dasar untuk bersikap dalam memilih pemimpin :
ReplyDelete1. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin
QS. 3. Aali 'Imraan : 28.
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)."
QS. 4. An-Nisaa' : 144.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?"
QS. 5. Al-Maa-idah : 57.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."
2. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat sendiri :
QS. 9. At-Taubah : 23.
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
QS. 58. Al-Mujaadilah : 22.
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA atau pun KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung."
3. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia
ReplyDeleteQS. 3. Aali 'Imraan : 118.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi TEMAN KEPERCAYAANMU orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya."
QS. 9. At-Taubah : 16.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi TEMAN SETIA selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
4. Al-Qur'an melarang saling tolong dengan kafir yang akan merugikan umat Islam
QS. 28. Al-Qashash : 86.
"Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi PENOLONG bagi orang-orang kafir."
QS. 60. Al-Mumtahanah : 13.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan PENOLONGMU kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa."
5. Al-Qur'an melarang mentaati orang kafir untuk menguasai muslim
QS. 3. Aali 'Imraan : 149-150.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik Penolong."
6. Al-Qur'an melarang beri peluang kepada orang kafir sehingga menguasai muslim
QS. 4. An-Nisaa' : 141.
"...... dan Allah sekali-kali tidak akan MEMBERI JALAN kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman."
ReplyDelete7. Al-Qur'an memvonis munafiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
QS. 4. An-Nisaa' : 138-139.
"Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah."
8. Al-Qur'an memvonis ZALIM kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
QS. 5. Al-Maa-idah : 51.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ZALIM."
9. Al-Qur'an memvonis fasiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
QS. 5. Al-Maa-idah : 80-81.
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ."
10. Al-Qur'an memvonis sesat kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin
QS. 60. Al-Mumtahanah : 1.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus."
11. Al-Qur'an mengancam azab bagi yang jadikan kafir sbg Pemimpin / Teman Setia
QS. 58. Al-Mujaadilah : 14-15.
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman ? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan."
12. Al-Qur'an mengajarkan doa agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang kafir
QS. 60. Al-Mumtahanah : 5.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
3. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia
ReplyDeleteQS. 3. Aali 'Imraan : 118.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi TEMAN KEPERCAYAANMU orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya."
QS. 9. At-Taubah : 16.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi TEMAN SETIA selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
4. Al-Qur'an melarang saling tolong dengan kafir yang akan merugikan umat Islam
QS. 28. Al-Qashash : 86.
"Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi PENOLONG bagi orang-orang kafir."
QS. 60. Al-Mumtahanah : 13.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan PENOLONGMU kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa."
5. Al-Qur'an melarang mentaati orang kafir untuk menguasai muslim
QS. 3. Aali 'Imraan : 149-150.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik Penolong."
6. Al-Qur'an melarang beri peluang kepada orang kafir sehingga menguasai muslim
QS. 4. An-Nisaa' : 141.
"...... dan Allah sekali-kali tidak akan MEMBERI JALAN kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman."
Berikut ini adalah sejumlah Dalil Qur'ani beserta Terjemah Qur'an Surat (TQS) yang menjadi dasar untuk bersikap dalam memilih pemimpin :
ReplyDelete1. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin
QS. 3. Aali 'Imraan : 28.
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)."
QS. 4. An-Nisaa' : 144.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?"
QS. 5. Al-Maa-idah : 57.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."
2. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat sendiri :
QS. 9. At-Taubah : 23.
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
QS. 58. Al-Mujaadilah : 22.
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA atau pun KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung."
Ayat2 itu sudah sangat JELAS dan sangat mudah difahami oleh orang bodoh seperti saya. Namun ketika masih ada upaya "penafsiran-penafsiran" oleh "orang-orang pinter" ... Alhamdulillah, malah membuat saya dan "orang-orang bodoh" lainnya ... semakin bertambah "pinter".
ReplyDeleteTrimakasih sharingnya bung @Dino Rinaldi ...
Jazakumulloh khoiron katsiiro.
Supaya bang haji Rhoma tidk disalahkan lagi:
ReplyDeleteDefinisi Quran Tentang KAFIR nya kaum Nasrani:
QS Al Maidah 17
Sesungguhnya telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS Al Maidah 72
Sesungguhnya telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
QS Al Kahfi 100 - 101
dan Kami nampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang KAFIR dengan jelas.
yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.
Kita tanyakan kepada teman Nasrani apakah mereka mentaati ayat Quran berikut ini:
QS Maryam 30 - 32
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hambaAllah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Diamenjadikan aku seorang nabi.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan(menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
QS As Saff 6-7
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.
Supaya bang haji Rhoma tidk disalahkan lagi:
ReplyDeleteDefinisi Quran Tentang KAFIR nya kaum Nasrani:
QS Al Maidah 17
Sesungguhnya telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS Al Maidah 72
Sesungguhnya telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
QS Al Kahfi 100 - 101
dan Kami nampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang KAFIR dengan jelas.
yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.
Kita tanyakan kepada teman Nasrani apakah mereka mentaati ayat Quran berikut ini:
QS Maryam 30 - 32
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hambaAllah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Diamenjadikan aku seorang nabi.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan(menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
QS As Saff 6-7
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.
Maaf saudaraku, saya seorang Kristen yang berupaya mengartikan dan memahami ayat-ayat Bibel/Alkitab dengan benar tanpa penafsiran. Sesungguhnya Allah itu Esa (Satu) Dialah Allah Bapak yang dikenal dalam Alkitab. Jesus hanyalah anak Allah Bapak yang diperanakkan/dikandungkan ke bunda Maria melalui Firman Allah Bapak. Makanya dalam Bibel bahasa Batak Allah Bapak disebut Jahowa atau Jahwe dalam Ibrani sementara Jesus tidak pernah disebut Allah. Jesus juga tidak pernah mengaku diriNya Allah atau Tuhan, hanya saja manusia lah yg menyebutNya dalam bahasa Indonesia Tuhan, karena Tuan yang dipertuan para Tuan akan menjadi Tuhan. Jesus hanya menyebut diriNya Anak Manusia, Anak domba Allah, Anak Bapak di sorga, kehendak BapakKu di sorga. Perbedaaan yang kedua antara kita (Alquran dan Bibel) adalah bahwa Injil yang ada dalam Alquran itu bukanlah Injil yang dipercaya Kristen yg ada dalam Bibel baik Old Testament/Perjanjian Lama terlebih New Testament/ Injil Perjanjian Baru. Penulis Alkitab Perjanjian Baru adalah para Murid Yesus (Matius, Lukas, Johannes, Markus dll) sementara Barnabas/Barnaby Apostle adalah orang calon yg gagal terpilih mengganti Judas Iskariot (menang Timothy). Jadi Injil yang ditulis Barnabas/Barnaby itu banyak yang bertentangan dengan yang sebenarnya alias Injil palsu. Tks
DeleteMaaf saya copy dari komen diatas (Abimanyu)
ReplyDeleteSelama ini kita mengenal orang kafir adalah ahli kitab dan orang musyrik dari ayat di bawAh ini,
Al Bayyinah 98 : 1 :"Orang-orang kafir YAKNI Ahli Kitab dan orang orang MUSYRIK..".
Al Bayyinah 98 : 6 : " Sesungguhnya orang orang yang kafir YAKNI Ahli kitab dan orang orang MUSYRIK..". .."
BANDINGKAN DENGAN : Shahih internasional. Termasuk Muhsin khan, Marmaduke Pickthall, Yusuf Ali , Shakir , Dr. Ghali menerjemahkan kata demi kata pada Al Bayyinah . Bagi pembaca yang tidak punya bukunya silahkan di google juga sama persis. Google ketik Al Bayyinah Alquran English.
Al bayyinah (98:1 ) : Those whom disbelieved AMONG the people of the scripture and polytheisme..."
Al bayyinah (98:6) : " indeed , they disbelieved AMONG the people of the scripture and polytheisme......"
Para ilmuwan- ilmuwan luar negeri itu menerjemahkan Al Bayyinah :" ORANG ORANG KAFIR DIANTARA MASYARAKAT AHLI KITAB dan MUSYRIK" Kemudian ada masalah siapa lagikah orang kafir itu? Selain orang orang Quraish yang menolak kebenaran (kafir) yang di bawa Nabi Muhammad , yang dimaksud SURAH Al Kafirun , tentu ada yang lain.
memang dalam surat al bayinah ayat 1 dan 6 ada jar "min" coba diperhatikan dalam kaedah ilmu tafsir berarti sebagian
jadi terjemahan dalam bahasa inggris yg lebih sesuai
TIDAK ADA YANG LEBIH FAHAM BAGAIMANA MENAFSIRKAN ALMAIDAH 51 DARIPADA UMAR RA.
ReplyDeleteيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini: “Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mu’min yang melanggar larangan ini Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim“” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
Lalu Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab, “Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim‘” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
Jelas sekali bahwa ayat ini larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau orang yang memegang posisi-posisi strategis yang bersangkutan dengan kepentingan kaum muslimin.
Oleh Nadirsyah Hosen
DeleteKisahnya sendiri dikutip oleh sejumlah kitab Tafsir, dengan perbedaan redaksi, perbedaan riwayat dan perbedaan konteks ayat ketika kisah ini diceritakan ulang. Begitu juga kita harus memahami pernyataan Khalifah Umar baik dalam konteks Usul al-Fiqh maupun dalam konteks Fiqh Siyasah. Mari kita bahas satu per satu.
Memahami background kisah:
Pemahaman akan konteks akan membantu kita memahami teks. Pada masa Khalifah Umar kekuasaan Islam mulai meluas merambah area di luar Hijaz. Abu Musa al-Asy’ari diangkat menjadi Gubernur di Bashrah, Iraq. Khalifah Umar meminta laporan berkala kepada para Gubernurnya. Maka diriwayatkan Abu Musa mengangkat seorang Kristen sebagai Katib (sekretaris).
Sekretaris yang tidak disebutkan namanya ini bertugas mencatat pengeluaran Abu Musa selaku Gubernur. Abu Musa membawa Sekretarisnya ini memasuki Madinah, dan mereka menghadap Khalifah Umar. Umar takjub dengan kerapian catatan yang dibuat oleh sekretaris Abu Musa.
Datang pula laporan keuangan dari Syam. Mengingat ketrampilan sang sekretaris, Khalifah memintanya untuk membacakan laporan dari Syam itu di Masjid Nabawi. Abu Musa mengatakan, “Tidak bisa orang ini masuk ke Masjid Nabawi.” Umar bertanya, “Mengapa? Apakah dia sedang junub?” “Bukan, dia Nasrani,” jawab Abu Musa. Umar langsung membentak Abu Musa dan memukul pahanya, dan mengatakan, “Usir dia! (akhrijuhu)”
Kemudian Khalifah Umar membaca QS al-Maidah 51. Kisah di atas dinukil dari Tafsir Ibn Katsir yang meriwayatkan dari Ibn Abi Hatim. Saya cek kitab Tafsir Ibn Abi Hatim dan menemukan kisah yang sama. Kisah tersebut juga dicantumkan dalam sejumlah kitab tafsir lainnya seperti Tafsir al-Darr al-Mansur.
Perbedaan redaksi
Riwayat berbeda dicantumkan dalam Tafsir al-Qurtubi, dimana di bagian akhir dialog ada perbedaan ucapan Umar. Imam al-Qurtubi juga mencantumkan kisah di atas bukan dalam QS al-Maidah:51 tapi dalam QS Ali Imran:118. Ini yang disampaikan Umar versi Tafsir al-Qurtubi: “Jangan bawa mereka mendekati sesuatu yang Allah telah jauhkan, jangan memberi mereka kehormatan ketika Allah telah menghinakan mereka, dan jangan mempercayai mereka ketika Allah telah mengatakan mereka tidak bisa dipercaya”.
DeleteDalam riwayat lain yang dicantumkan oleh Kitab Tafsir al-Razi, sebagaimana juga disebutkan dalam Kitab Tafsir Bahrul Muhit, al-Lubab fi Ulumil Kitab, Tafsir al-Naisaburi ada lanjutan dialognya: Abu Musa berkata: “Tidak akan sempurna urusan di Bashrah kecuali dibantu orang ini”. Khalifah Umar yang sedang murka, menjawab singkat: “Mati saja lah orang Kristen itu. Wassalam”.
Para ulama menafsirkan maksud perkataan Umar terakhir itu dengan makna: “Pecat dia sekarang karena kalau besok-besok dia meninggal dan kamu sudah bergantung pada dia, kamu akan repot, maka anggap saja sekarang dia sudah meninggal, dan cari bantuan orang lain untuk mengurusi urusan itu.”
Dalam Kitab Tafsir al-Razi, Tafsir al-Wasith Sayyid Tantawi, dan juga kitab Syurut al-Nasara li Ibn Zabr ada redaksi lain dalam dialog di atas. Abu Musa berkilah di depan Khalifah: “lahu dinuhu wa liya kitabatuhu” (baginya urusan agamanya, dan bagiku adalah urusan ketrampilan dia). Abu Musa seolah mengingatkan Khalifah dengan ungkapan yang mirip dalam al-Qur’an: lakum dinukum waliya din. Tetapi Khalifah tetap menolaknya.
DeleteKenapa Khalifah Umar Marah?
Dialog di atas terjadi di Madinah. Di sini kunci kita memahami kemarahan Khalifah Umar. Abu Musa membawa sekretarisnya yang Kristen ke wilayah Madinah yang khusus untuk umat Islam saja. Bahkan Umar baru tahu dia seorang Nasrani itu setelah mau diajak bicara di Masjid. Barulah Abu Musa mengaku kepada Khalifah latar belakang sekretarisnya ini. Ini sebabnya kalimat yang diucapkan oleh Khalifah Umar saat memarahi Abu Musa: “usir dia atau keluarkan dia” Ini maksudnya usir dia dari Madinah. Disusul dengan ungkapan Khalifah Umar, “Jangan bawa mereka mendekati sesuatu yang telah Allah jauhkan dari mereka”.
Maksudnya adalah keharaman wilayah Madinah yang steril dari non Muslim karena Allah sudah jauhkan mereka, eh kok malah dibawa masuk oleh Abu Musa. Jadi ini bukan semata-mata persoalan Abu Musa mengangkat orang Kristen, tapi ini pada kesucian wilayah Madinah. Pemahaman ini dikonfirmasi oleh Ibn Katsir dalam kitabnya yang lain yang berjudul Musnad al-Faruq.
DeleteSebab kemarahan kedua yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah ketergantungan Abu Musa terhadap orang Kristen pada posisi yang sangat strategis yang keuangan pemerintahan dimana di dalamnya termasuk catatan zakat, jizyah dalam baitul mal. Indikasi ketergantunga itu tampak dengan Abu Musa tidak bisa menjelaskan sendiri catatan pengeluaran yang telah dibuat sekretarisnya, malah sampai membawa sekretaris yabng Kristen itu mendampingi dia memberi laporan kepada Khalifah.
Bagi sang Khalifah, rahasia negara menjadi beresiko ketika posisi strategis semacam itu dipercayakan kepada non-Muslim di masa saat Khalifah Umar sedang melakukan ekspansi dakwah ke wilayah non-Muslim, seperti pembebasan Iraq dan Mesir. Inilah pula konteksnya ketika Khalifah Umar mengutip QS al-Maidah:51 dimana Allah melarang mengambil Yahudi dan Nasrani sebagai awliya (sekutu/kawan akrab), yang menurut Ibn Katsir ketika menjelaskan QS al-Nisa:144:
Delete“Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai ‘awliya’ mereka, dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Yang dimaksud dengan istilah "awliya" dalam ayat ini ialah berteman akrab dengan mereka, setia, tulus dan merahasiakan kecintaan serta membuka rahasia orang-orang mukmin kepada mereka."
Maka jelas ‘illat larangan yang dipahami Umar bin Khattab ada dalam kasus Abu Musa ini, yaitu ketergantungan Abu Musa kepada anak buahnya, posisi strategis dalam hal catatan keluar-masuk zakat-jizyah, serta potensi bocornya rahasia negara yang tengah melakukan ekspansi dakwah.
Yang menarik adalah Sa’id Hawa dalam al-Asas fi al-Tafsir mengatakan: “apakah anda bisa pahami tentang larangan memberikan kafir dzimmi posisi untuk mengerjakan urusan umat Islam?” Beliau menjawab sendiri: “Masalah ini tergantung konteksnya, karena perbedaan posisi jabatan, kondisi, dan lokasi serta zaman.”
Sahihkah riwayatnya?
DeleteTidak satupun 9 kitab Hadis Utama yang meriwayatkan kisah di atas. Berarti kisah di atas itu bukan masuk kategori Hadits, tapi Atsar Sahabat. Kisahnya berhenti di Umar, bukan di Rasulullah SAW. Kisah ini justru dimuat di Kitab Tafsir. Pelacakan saya hanya satu kitab Hadits (di luar kutubut tis’ah) yang memuatnya yaitu Sunan al-Kubra lil Baihaqi.
Imam Baihaqi memasukkan dua riwayat yang berbeda mengenai kisah di atas (9/343 dan 10/216). Atsar ini dinyatakan sanadnya hasan melalui jalur Simak bin Harb oleh kitab Silsilah al-Atsar al-Shahihah. Sementara Al-albani mensahihkan Atsar ini dalam jalur yang lain, sebagaimana disebutkan dalam kitab beliau Irwa al-Ghalil.
Dalam Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah kisah mengenai jawaban Umar, “Mati sajalah si Kristen itu” disampaikan kepada Khalid bin Walid. Bukan berkenaan dengan Abu Musa. Namun ulama lain mengatakan itu Abu Musa. Dalam kitab Zahratut Tafsir, Abu Zahrah mengatakan kata-kata Umar “mati sajalah si Krsten itu” dilakukan dalam surat menyurat dengan Abu Musa, bukan dialog langsung. Demikianlah kesimpangsiuran kisah di atas, dengan berbagai redaksi dan riwayat yang berbeda. Tapi sekali lagi ini bukan Hadits Nabi. Ini merupakan Atsar sahabat.
Qaulus Shahabi atau keputusan Khalifah?
Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi. Abu Musa al-Asy’ari juga sahabat Nabi. Keduanya berbeda pandangan dalam hal ini. Pendapat keduanya dalam usul al-fiqh disebut sebagai qaulus shahabi. Singkatnya ini adalah ijtihad para sahabat Nabi yang tidak disandarkan kepada Nabi. Artinya murni pemahaman mereka sepeninggal Nabi SAW.
Para ulama usul al-fiqh ada yang menerima kehujjahan qaulus shahabi sebagai salah satu sumber hukum Islam, seperti pendapatnya Imam Malik, namun Imam Syafi’i (qaul jadid) dan para pengikut beliau seperti Imam al-Ghazali serta Imam al-Amidi menolak kehujjahan qaulus shahabi. Itu artinya, pendapat Khalifah Umar dan Abu Musa sama-sama sah dan bisa dipertimbangkan bagi mazhab Maliki, namun tidka mengapa pendapat keduanya ditolak menurut mazhab Syafi’i.
Itu kalau kita memahami dari sudut usul al-fiqh. Kalau kita melihatnya dari sudut Fiqh Siyasah, maka keputusan Umar lebih kuat karena ia memutuskan dalam posisi sebagai khalifah, dan suka atau tidak suka, sebagai Gubernur bawahan Khalifah, Abu Musa harus ikut keputusan Umar. Namun keputusan Khalifah itu tidak otomatis dianggap ijma’ (kesepakatan) karena jelas ada perbedaan pendapat dikalangan sahabat.
Dengan kata lain, sikap Umar itu adalah kebijaksanaan beliau saat itu, yang seperti dicatat oleh sejarah, berbeda dengan kebijakan para Khalifah lainnya yang mengangkat non-Muslim sebagai pejabat seperti yang dilakukan oleh Khalifah Mu’awiyah, Khalifah al-Mu’tadhid, Khalifah al-Mu’tamid, dan Khalifah al-Muqtadir.
Penulis adalah Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School, Australia.
Orang kafir adalah orang yg menyembah selain Alloh swt. Apapun alasan & dalil apaupun yg pakai. Itu cuma memberi alasan agar Alloh menyiksamu (diakhirat).
ReplyDeleteSesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Yesus putera Maria” (QS ALMAIDAH: 72)
ReplyDeleteayat ini jangan di sembunyikan dokter
Supaya lengkap mengenai ahlul kitab:
ReplyDeletePenyebutan ahlul kitab dalam Al Qur’an selalu memiliki konotasi celaan ataupun hardikan dari Allah Ta’ala kepada mereka. Sehingga sematan tersebut tidak sama sekali mengandung pujian kepada mereka.
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنقِمُونَ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ}
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (QS. Al Maidah: 59)
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّوَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ }
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. Al Imron: 71)
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَعَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجاً وَأَنتُمْ شُهَدَاء وَمَا اللّهُبِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ }
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang telah beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Imron: 99)
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَبِآيَاتِ اللّهِ وَاللّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا تَعْمَلُونَ }
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” (QS. Al Imron: 98)
Hukum Ahlul Kitab
Sebagaimana yang telah tersebut di atas, bahwa ahlul kitab bukanlah kaum muslimin. Hal ini merupakan perkara konsensus yang disepakati dalam agama Islam, tidak dapat diingkari oleh seorang pun yang memeluk Islam. Untuk mempertegas hal ini baiklah kiranya kita mengemukakan alasan-alasan berikut ini:
1. Al Qur’an dan As Sunnah telah menghukumi mereka sebagai kaum kafir.
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ }
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu kafir kepada ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).” (QS. Al Imran: 70)
((والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحدمن هذه الأمة يهودي ولانصراني ثم يموت ولم يؤمن بما أرسلت به إلا كان من أصحاب النار))رواه مسلم.
Artinya: “Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya. Tiada seorang pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka” (HR. Muslim)
Supaya lengkap mengenai ahlul kitab:
ReplyDeletePenyebutan ahlul kitab dalam Al Qur’an selalu memiliki konotasi celaan ataupun hardikan dari Allah Ta’ala kepada mereka. Sehingga sematan tersebut tidak sama sekali mengandung pujian kepada mereka.
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنقِمُونَ مِنَّا إِلاَّ أَنْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلُ وَأَنَّ أَكْثَرَكُمْ فَاسِقُونَ}
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik?” (QS. Al Maidah: 59)
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّوَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ }
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. Al Imron: 71)
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَعَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجاً وَأَنتُمْ شُهَدَاء وَمَا اللّهُبِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ }
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang telah beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Imron: 99)
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَبِآيَاتِ اللّهِ وَاللّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا تَعْمَلُونَ }
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” (QS. Al Imron: 98)
Hukum Ahlul Kitab
Sebagaimana yang telah tersebut di atas, bahwa ahlul kitab bukanlah kaum muslimin. Hal ini merupakan perkara konsensus yang disepakati dalam agama Islam, tidak dapat diingkari oleh seorang pun yang memeluk Islam. Untuk mempertegas hal ini baiklah kiranya kita mengemukakan alasan-alasan berikut ini:
1. Al Qur’an dan As Sunnah telah menghukumi mereka sebagai kaum kafir.
{يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ }
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu kafir kepada ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).” (QS. Al Imran: 70)
((والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحدمن هذه الأمة يهودي ولانصراني ثم يموت ولم يؤمن بما أرسلت به إلا كان من أصحاب النار))رواه مسلم.
Artinya: “Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya. Tiada seorang pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka” (HR. Muslim)
Semoga penulis membaca. Asbabun nuzul itu membantu menafsirkan bukan jadi tafsiran pokok. Hanya cerita tanpa hikamah akhirnya. Cara penafsiran bukan dengan terjemahan dari bahasa asing tetapi pahami juga hadis lainnya. Karena orang yang pertama paham quran itu nabi. Coba Anda selain baca komen ini dan komen saya baca juga tafsir ibnu katsir. Jelas dia lebih ahli. Segala urusan jika diserahkan bukan pada ahlinya tentu akan kacau.
Deletesaudaraku Dino Rinaldi kalau hanya copas ayat tanpa di cek sebab musabab kenapa ayat tersebut turun itu bahaya, kenapa ? karena bisa salah sasaran ayat dan konteksnya .
ReplyDeleteYa setuju, tidak semua ayat bisa dipahami hanya dari tafsirannya saja, urutan untuk memahami makna sebenarnya dari suatu ayat: Tafsir -> Asbabun Nuzul -> Konteks.
DeleteMenurut saya tafsir lebih baik mengartikan dari yang bahasa inggris karena lebih kaya kosakata, bahasa indonesia kosakata nya masih terbatas takut salah paham, tapi tetap saja paling baik kalo bisa bahasa arab dan tinggal di negeri arab bisa lebih mudah memahami.
Kyknya masih banyak yang males baca ampe abis deh, cuma baca judul langsung komen hehe, bedain tekstual ama kontekstual aja masih ada yg gagal paham...
ReplyDelete((والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي أحدمن هذه الأمة يهودي ولانصراني ثم يموت ولم يؤمن بما أرسلت به إلا كان من أصحاب النار))رواه مسلم.
DeleteArtinya: “Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya. Tiada seorang pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka” (HR. Muslim)
Memahami Quran juga perlu melihat hadis, begitu urutannya.
Luar biasa. Penjelasan demi penjelasan saya baca pertentangan akan penjelasan juga saya baca. Penjelasan penjelasan bantahan dan dukungan juga saya baca, semakin menunjukkan indahnya pembahasan (satu sudut akal saya menyukai sebutan perdebatan) yang dilakukan dengan akal dan pertimbangan.
ReplyDeleteSaya salut dengan penulis, dan kawan2 yang komentar dengan pintar di sini. Terima kasih sudah menambah kebijakan saya yang tidak berpendidikan ini.
Semoga berkah bagi negeri ini dan kita semua yang didalamnya. Amin
Dasar jil=jaringan iblis laknatulloh..emang orangnya pinter2,pinter otak atik,pinter debat kusir,pinter ngibul..
ReplyDeleteDr. Abimanyu yth.
ReplyDeleteAnda menyebutkan alquran mohammed picktall. Bolehkah saya tau terjemahan alquran mohammed pictall ( yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia )? Atau saya bisa dapat dimana terjemahan alquran mohammed pictall?
Dr. Abimanyu yth.
ReplyDeleteAnda menyebutkan alquran mohammed picktall. Bolehkah saya tau terjemahan alquran mohammed pictall ( yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia )? Atau saya bisa dapat dimana terjemahan alquran mohammed pictall?
Sayang sekali tidak ada buku tafsir satu pun dalam SUMBER pustakanya. Saya sempat ragu-ragu, jangan-jangan penulis tidak bisa berbahasa arab. Jika iya, lalu bagaimana dia bisa menjelaskan tafsir ayat atau beberapa ayat Al Qur`an yang berbahasa arab?
ReplyDeleteSaya bertanya-tanya lagi, kalau dalam dunia ilmiah, apakah pemahaman seorang yang tidak pandai bahasa Inggris terhadap kalimat berbahasa Inggris dapat diterima?
Jangan-jangan yang disebut sebagai SUMBER Pustaka di atas sebenarnya adalah Googling Result? Jika iya, sebaiknya, tulis saja SUMBER pustaka artikel ini adalah "Googling Results"
Mohon maaf buat saudara/i ku yang beragama Islam, tulisan ini bertujuan membuka fikiran dan hanya rasio kebenaran yang aku tahu. Ada hal-hal yang perlu dicermati dalam beberapa ayat-ayat Alquran, yakni: kata Jahudi atau bani Israel atau Nasarani (kolektif) dikonotasikan jahat dan tidak disenangi Allah. Allah yang mana? Apakah Allah tidak berkenan pada semua orang Jahudi / Israel atau Nasarani atau Kristen? Bukankah mayoritas Nabi dalam Alquran itu orang Jahudi/Israel? Lalu, mengapa dalam ayat2 Alquran itu pada umumnya memberikan contoh yang buruk / mungkar itu Jahudi/Israel? Mengapa bukan keburukan warga Arab yang dibahas supaya mudah dilihat dan dipahami umatnya? Seharusnya demikianlah, karena Alquran itu katanya untuk orang Arab dan Islam, maka contoh yang baik dan yang buruk jangan dari orang atau bangsa lain, karena kalau tidak demikian Alquran akan semakin dicurigai mengajarkan permusuhan bukan kebaikan. Belum lagi ayat 51 Surah Almaidah yang melanggar persamaan hak Warga Negara dan mengancam keutuhan NKRI. Seharusnya poin-poin tadi dikaji para Ulama Islam demi kejayaan NKRI dan mencerminkan Islam itu agama untuk semua manusia.
ReplyDelete