Peta Saudi Arabia

Saudi Arabia (putih) asal para sahabat Nabi , Abu Bakar , Umar, Usman dan Ali. Pada Tahun 630an M mereka menaklukkan daerah kuning (atasnya) Kerajaan Persia (sekarang Iran/Irak). Walaupun begitu jilbab tidak pernah diwajibkan.

Lukisan Iran 800M

Selama 1200 tahun negara Iran (dulu Persia) para sahabat Nabi yang utama : Abu Bakar, Umar, Usman , Ali dan para Kalifah penggantinya, tidak pernah mewajibkan jilbab. Lukisan ini adalah buktinya. Ditemukan tahun 800an M.

Lukisan Iran Th 1500an

lukisan ini menggambarkan para wanita berpakaian layaknya pakaian orang Indonesia sekarang, dengan model rambut terlihat. Jilbab tidak diwajibkan di jaman para Khalifah.

Revolusi Iran 1979

Para ulama berkuasa saat Revolusi Iran 1979 , dengan undang-undang, mereka mewajibkan jilbab keseluruh nergeri. Para wanita pelanggar undang-undang dikenai sangsi/hukuman, seperti wajibnya helm di Indonesia.

Wanita Iran

Orang-orang Iran / Arab / Timur Tengah (ketik Google images : Iran woman 2013), mulai meninggalkan jilbab , orang Indonesia ramai-ramai memakai jilbab. Kesalah pahaman tafsir Al Ahzab 59 dan An Nur 31 yang harus segera diakhiri.

Wanita Indonesia

Orang Indonesia lebih Arab dari orang Arab. Kita akan bertukar budaya dengan mereka, orang Arab/timur Tenga, 10 tahun lagi. Ratusan ayat Alquran, tentang manusia harus beriman, jujur, berbuat kebajikan dan mejauhi kejahatan (3, 114) malah tidak menjadi focus utama.

Budaya Indonesia

Pengertian tafsir tafsir Al Ahzab 59 dan An Nur 31, berpakaianlah sesuai adat masing2 dengan sopan. Tapi bila anda penganut jilbab wajib , ucapkan selamat tinggal pada budaya-budaya kita seperti ini di seluruh pelosok Indonesia.

PUTRI KERAJAAN ARAB SAUDI-PUN TAK BERJILBAB

Tasir surah Al Ahzab 59 dan An Nur 31 , jilbab wajib, apakah kita salah tafsir? Gambar atas menantu Raja Arab Saudi ketik : google images : Ameera al Taweel Princess Saudi.

KEUTAMAAN ILMU PENGETAHUAN (QS 58:11) DAN PAKAIAN

Tampak putri kerajaan Arab Saudi , Sara bint Talal Princess Saudi, sedang memberi ilmunya di suatu seminar. Jilbab, pakaian adat mereka , dipakai hanya saat tertentu.

INDONESIA DI PERSIMPANGAN

INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN. BILA BUDAYA ARAB/TIMUR TENGAH DIANGGAP WAJIB MAKA PUNAHLAH BUDAYA KITA. BANGSA INDONESIA SEPERTI BANGSA BUDAK, BANGSA TANPA IDENTITAS.

Saturday, September 15, 2012

AL MAIDAH 51 : KETIKA BELUM ADA POLISI

  Non Muslim boleh jadi Pemimpin Muslim , begitu juga sebaliknya. Itulah keadilan.       

             Ajaran Tuhan di Alquran memerintahkan kita menjadi umat yang toleran yang menghormati suku bangsa lain yang berbeda dengan kita. Tapi agaknya peristiwa politik- lah yang menyebabkan ajaran Tuhan itu diabaikan. Perintah Tuhan ( Alquran ) sudah jelas , umat Islam diperintahkan untuk menjadi orang yang adil terhadap suatu kaum /suku / bangsa . Tentu saja , untuk kondisi jaman sekarang , suatu kaum atau suku bangsa tentu punya agama , kepercayaannya sendiri , kebudayaannya sendiri , pembawaannya sendiri , adat nya sendiri. Kaum atau suku bangsa itu bisa berarti orang Dayak , orang Papua , orang Jawa , orang Sunda , orang Batak , Aceh , orang Baduy , orang Cina , Eropa , India dan lain sebagainya.

          “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al Maidah 5 : 8 )

         Masih adakah orang yang mau mendengar dan menjalankan perintah Tuhan/Allah yang sangat jelas dan tegas ini ? Apakah memang kepentingan politik lebih penting dari perintah Tuhan untuk berbuat adil kepada semua Kaum / suku bangsa? 
 

Di Ayat lain perintah senada perintah berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang lain ( siapapun , beragama apapun , berbangsa apapun) di ulang lagi. Untuk lebih jelasnya tentu buka juga Google  Azbabun Nuzul ayat ini.

    " Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil " .  ( Al Mumtahanah 60 : 8 )

    Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim “ . ( Al Mumtahanah 60:9)

 
Masih adakah orang yang menghormati perintah Tuhan ini ?       

              Pada kehidupan sehari-hari kita muslim Indonesia tidak pernah memasalahkan mempunyai pemimpin muslim atau non muslim. Sejak mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA sampai mahasiswa mempunyai kepala sekolah ( pemimpin sekolah ) , kepala bagian / fakultas kita pasti pernah dipimpin/dibimbing seorang guru/ dosen non muslim ( tentu saja dengan pengecualiaan sekolah khusus berbasis Islam ). Bahkan setelah bekerja, penulis pernah punya pemimpin, dari gubernur, bupati , camat, lurah, RW, RT semuanya non muslim, maklumlah karena ini di Flores Indonesia Timur. Di mata penulis mereka itu baik-baik saja tidak ada bedanya dengan yang muslim, punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Di sana , penulis malah menjadi minoritas , diantara 300an karyawan Nasrani, yang muslim hanya 4 orang. Kita yang sedikit ini sangat dihormati , ketika menjalankan ibadah setiap hari maupun hari jumat , sama sekali tidak ada gangguan. Kesan penulis disana memang mereka itu sangat taat kepada Tuhannya dan mempunyai perilaku yang baik, salah satunya menghormati pemeluk agama lainnya. Jadi penulis disini menyimpulkan bahwa dipimpin muslim atau non muslim sama saja. Baik atau tidak perilaku seseorang tergantung dari "orangnya" atau tergantung pribadi orang tersebut.
           Sampai pada suatu hari penulis terkejut dengan pernyataan dari penyanyi dangdut terkenal . Dalam sebuah ceramah tarawih di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu (29/7/2012) , Bang Rhoma Irama yang kita kenal sebagai artis Dangdut menyatakan , bahwa intinya  umat Islam tidak boleh dipimpin oleh orang kafir karena akan diazab Allah SWT ( ketik google : youtube ceramah rhoma irama ). Oleh sebab itu memilih pemimpin adalah ibadah ( sepeti halnya shalat , puasa ). Beliau berkata begitu berdasarkan ayat Alquran An-Nisa 144. Allah SWT berkata , bersabda ( berfirman : bhs Arab.) :
  
              Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali     ( pemimpin, pelindung teks asli : أوليا awliyā' ), dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?( QS. 4:144)
           Beliau dengan jelas menerjemahkan ayat itu, “ menuduh “ saudara kita, Bapak  Ahok ( pasangan Jokowi ) yang beragama Nasrani itu sebagai calon pemimpin yang kafir.  Ini tentu mengundang pertanyaan , demikiankah ajaran Islam, agama saya ?...ataukah sekedar salah paham atau salah tafsir saja?...Hasil penelusuran penulis dibawah ini mungkin dapat menjadi pertimbangan lain, tanpa mau sok2an benar sendiri. Demikianlah mudah2an tulisan dibawah ini ada manfaatnya bagi kita semua.
             Mengenai tafsir ayat tersebut, pembahasannya akan dibagi dalam dua bagian yaitu :
         BAB I : KONDISI SOSIO POLITIK MADINAH ABAD KE 6 M , SEBAGAI PENYEBAB TURUNNYA AYAT TERSEBUT.
         BAB II : DAMPAK TAFSIR AYAT TERSEBUT DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DIABAD MODERN.
BAB I :    
                                                                                                                                                                       KONDISI SOSIO POLITIK MADINAH ABAD KE 6 M ,
SEBAGAI PENYEBAB TURUNNYA AN-NISA 144.
Disini ada dua masalah pokok yang penulis anggap sangat penting untuk  dibahas :
A.        Menerjemahkan orang Kafir adalah orang Nasrani.
           Menerjemahkan orang Nasrani adalah orang kafir ( yang berarti menolak kebenaran ) adalah penerjemahan yang sangat sembrono, karena di Alquran kaum Nasrani (disebut juga kaum Nashara , Ahli Kitab) sudah ada istilahnya sendiri. Sedangkan sebutan kaum kafir diperuntukkan bagi istilah kaum kafir Quraisy yang di motori Abu Jahal dan Abu Lahab dkk di Mekah ( lihat juga tulisan dibawah ini tentang asbabun Nuzul ayat Al Kafirun : orang – orang kafir). Orang Quraisy Mekah saat itu menolak (kafir) kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw agar mereka beriman menyembah Allah swt semata (oleh sebab itu pengikut Nabi Muhammad disebut Orang Beriman ), tetapi mereka menolak dan tetap menyembah berhala ( Syirik : menyembah berhala , orangnya disebut Musyrik ). Oleh sebab itu Orang kafir juga disebut orang Musyrik ( orang yang menyembah berhala) .  Simak ayat ini :
          “ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.” Al Maidah 82. )
          Dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya , perkembangan orang-orang Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad saw yang mendapat mandat dari Allah swt untuk merombak sistem sosial yang adil dan berke-Tuhanan , mendapat pertentangan dari berbagai pihak . Saat itu , menurut Alquran di Mekah terbagi Empat (4 ) golongan :
1.      Orang-orang beriman istilah untuk Orang Islam pengikut Nabi Muhammad.
2.      Orang Musyrik atau orang Kafir .
3.      Orang – orang Ahli kitab ( ahli : punya , Kitab : kitab suci yaitu orang Yahudi dan Nasrani)
4.      Orang Munafik , golongan pengikut Nabi Muhammad yang masih pragmatis. Kadang-kadang karena godaan materi memberikan informasi kepada pihak musuh.
B.        Menerjemahkan  : أوليا awliyā' , dari beberapa arti : : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, keluarga dekat, beliau Bang Rhoma Irama memilih Pemimpin.
       Pada saat turunnya Alquran di abad ke 6 Masehi, orang-orang Arab belum mengenal system hukum yang modern seperti sekarang ini. Dimana seperti sekarang ini Negara bertanggung jawab terhadap nasib orang yang miskin . Mereka yang tanpa kekuatan apa-apa ini terlindungi oleh perangkat hukum modern yang adil , seperti adanya Kitab undang-undang Hukum Pidana yang jelas , Polisi, Jaksa, Hakim , penjara dsb. Jaman itu yang berlaku adalah system ke-Kabilahan. Kabilah yang besar atau biasa disebut Bani,  mempunyai orang-orang kuat yang sanggup melindungianggotanya, atau Keluarganya. Memang system Kekabilahan mirip dengan system Mafia, dimana orang yang tanpa kekuatan  apa-apa ( baik modal,fisik) mencari perlindungan dari Keluarga (istilah dalam Mafia , yang terkenal seperti keluarga Don Corleone , Colombo Family, Gambino Familiy, Capone Faimilydll) dan mereka dianggap sebagai keluarga sendiri. Itulah sebabnya arti kata yang paling cocok untuk Awliyaadalah Pelindung bukan pemimpin. Ini memang mirip tapi sangat jauh berbeda makna dan artinya sesuai konteks jaman itu.



Tapi, sebelum membahas ayat tersebut, sebaiknya pembaca mengenal  dan memahami dahulu  ulama tekstual dan ulama kontekstual.
ULAMA TEKSTUAL DAN ULAMA KONTEKSTUAL
Sebelum membahas tentang kontroversi ayat An-Nisa 144 ada baiknya kita memahami dahulu perbedaan antara ulama tekstual dan ulama kontekstual. Ada seorang dokter berkata  pada pasiennya bahwa tidak baik meminum yang manis2. Pasien lain yang berada di luar ruangan  mendengar ucapan tersebut langsung melakukan anjuran dokter tersebut, tanpa mengetahui bahwa ucapan itu dikatakan dalam konteks , berbicara pada pasien penderita penyakit gula, padahal untuk pasien diluar yang bukan penderita penyakit gula, manis bukanlah hal yang terlarang.Demikianlah ulama tekstual memahami Al’Quran dan Hadits Nabi tanpa melihat konteks atau sebab2 sejarah turunnya ayat tersebut, sehingga mereka saling bersilang pendapat. Saya pernah  membuat eksperimen dengan para mahasiswa Kedokteran dari suatu Universitas yang berbasiskan Islam  kira2  berjumlah 60 0rang , dengan menyuruh mereka menterjemahkan Surah Yasin  8-10.
 
Surah Yasin (36: 8),
     ” Sesungguhnya kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.
Surah Yasin (36:9),       
     ” Dan kami adakan di hadapan mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Surah Yasin (36:10),
      ” Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka , mereka tidak akan beriman”.
      Hasilnya sungguh beraneka ragam dan mungkin agar menjadi menarik saya meminta anda juga menerjemahkan menurut versi anda juga.
1.Penggambaran seseorang di neraka, yang tidak mematuhi perintah Allah swt.
2.Menggambarkan seseorang yang tidak bisa diberi petunjuk.
3.Penggambaran orang terbelenggu di neraka.
4. menurut versi anda....
                Hasil interpretasi berdasarkan teks diatas inilah yang disebut interpretasi tekstual. Dalam sehari hari , kita paling sering menjumpai ulama tekstual seperti ini.  Jadi hanya mengira2 saja berdasarkan teks2 yang ada .Sedangkan ulama kontekstual berdasarkan pertimbangan sejarah turunnya ayat tersebut. Jadi Alquran ayat2nya juga berisi sejarah yang terjadi di masa Nabi .Beberapa ayat Al Qur’an memang turun karena beberapa peristiwa yang terjadi saat itu. Kejadian2 itu dicatat dalam kitab tersendiri yaitu Kitab Asbabun Nuzul, atau kitab yang mencatat sebab2 turunnya suatu ayat (buku ini  banyak di jual di toko2 buku). Ibnu Taimiyyah ( Lahir di Bagdad 22 januari 1263, more info ketik google:biografi Ibnu Tamiyah) mengemukakan , bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Quran dapat membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung ayat tersebut. Lebih lanjut Syaikhul Islam itu menambahkan , pengetahuan ikhwal Asbabun Nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut( 1:V ). Kemudian para mahasiswa itu saya tunjukkan kejadian yang menjadi penyebab turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul). Pembaca dipersilahkan untuk menilainya dibawah ini.
1.      Dalam suatu riwayat dikemukakan , ketika Rasulullah saw, membaca surah 32 as-Sajdah dengan nyaring, orang2 Quraishy merasa terganggu. Mereka bersiap2 untuk menyiksa Rasulullah saw, tapi tiba2 tangan mereka terbelenggu di pundak2nya dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka mengharapkan pertolongan Nabi saw dan berkata : ” kami sangat mengharapkan bantuan tuan atas nama Allah dan atas nama keluarga .” Kemudian Rasulullah saw berdoa dan merekapun sembuh. Namun tak seorangpun dari mereka yang beriman . Berkenaan dengan peristiwa tersebut , turunlah ayat2 tersebut. ( QS 36 Yasin 1-10)
Diriwayatkan oleh abiu Nu’aim di dalam kitab ad-dala-il, yang bersumber dari Ibnu ’Abbas. (1)    
2.       Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Jahl berkata ; ” Sekiranya aku bertemu dengan Muhammad , pasti aku akan berbuat (mencelakainya).” Ketika Nabi Muhammad berada disekitar Abu Jahl, orang2 menunjukkan bahwa Muhammad berada disisinya. Akan tetapi Abu Jahl tetap bertanya2:” mana dia ? ” karena tidak dapat melihatnya. Ayat ini (QS 36 Yasin 8-9) turun sebagai penjelasan bahwa pandangan Abu Jahl saat itu ditutup oleh Allah sehingga tidak dapat melihat Muhammad.
          Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ’Ikrimah. (1)
A.      Menerjemahkan orang Kafir adalah orang Nasrani.
SALAH SATU JULUKAN ORANG KAFIR DI ALQURAN ADALAH SUKU QURAISY
. K.H.Q. Sholeh, H.A.A .Dahlan, dkk . dalam bukunya  Asbabun Nuzul”  ( 1 : 684 ) menuliskan :
     Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. Dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi orang yang paling kaya di kota Mekah. Mereka juga menawarkan kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki. Upaya tersebut mereka sampaikan kepada beliau seraya berkata : “ inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad , dengan syarat engkau jangan memaki2 tuhan-tuhan kami selama setahun.” Nabi saw, menjawab: aku akan menunggu wahyu dari Rabb-ku “ . Ayat ini QS 109 al- kafirun: 1-6, turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir.
Diriwayatkan oleh Ath-thabrani  dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy    berkata kepada Nabi saw. : “ Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami ( menyembah berhala) selama setahun, kamipun akan mengikuti agamu selama setahun pula.” Maka Allah menurunkan Surah 109 al- Kafirun ayat 1-6.
Diriwayatkan oleh Abdurazzaq yang bersumber dari Wahb dan ( diriwayatkan pula ) oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Juraij.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Al walid bin al-Mughirah , al-Ashi bin Wail, al Aswad bin al Muthalib , dan Umayyah bin khalaf  bertemu dengan Rasulullahsaw, dan berkata: “hai muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah , dan kamipun akan menyembah apa yang engkau sembah. Kita bersekutu dalam segala hal, dan engkau lah yang memimpin kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini ( QS.109 al kafirun : 1-6)
ORANG – ORANG KAFIR ( AL KAFIRUN QS:109)
     1.Katakanlah, "Hai orang-orang yang kafir,
     2.Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
      3.Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 
     4.Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
       5.Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
     6.Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku."
        ( Untukmulah keyakinanmu dan untukkulah keyakinanku )
        ( Untukmulah kepercayaanmu dan untukkulah kepercayaanku)
Lihat Google : Arti Dien
ARTI KATA KAFIR
                 Pada umumnya para ulama menerjemahkan kata kafir artinya ingkar atau mengimgkari. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia  ada beberapa kata ingkar , dengan kata kerja mengingkari yaitu : tidak mengakui, tidak membenarkan , menampik, memungkiri (6:433 atau  ketik Google: arti ingkar kamus besar bahasa Indonesia ). Memang kaum Quraisy di Mekah saat itu tidak mengakuikenabian sang Nabi Muhammad saw sembarimenampik ( menolak) ajaran2nya.Kemudian turunlah ayat Al kafirun. Jelaslah disini bahwa salah satu yang dimaksud orang kafir adalah  orang Quraisyyang menjadi musuh Nabi Muhammad.. Sedangkan orang Yahudi dan Nasrani di istilahkan sebagai  ahli kitab, untuk mempersingkat tulisan, ketik google: ahli kitab. Jadi, menurut hemat penulis, Bang Rhoma Irama ini keliru menejemahkan kata kafir, yang seharusnya ditujukan untuk kaum Quraisy tapi untuk kaum Nasrani. Sedangkan Kaum Nasrani sendiri di Alquran dan hampir semua ulama menyebutnya dengan istilah ahli kitab.
 
Jadi di dalam Alquran terdapat 4 golongan yang saling berinteraksi :
1.      Golongan Mukminin , umat Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad saw.
2.      Golongan Kafir , salah satunya Kaum Quraisy dan sekutu2nya di Mekah )
3.      Golongan Munafik.
4.      Kaum Ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani)
A.    Menerjemahkan  : أوليا awliyā' , dari beberapa arti : : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, keluarga dekat, beliau memilih Pemimpin.
JAMAN JAHILIYAH , JAMAN TANPA KEADILAN SOSIAL
             Keadilan sosial adalah keadaan dimana para penduduk di suatu masyarakat merasa diperlakukan adil dalam setiap gerak kehidupan oleh anggota masyarakat lainnya. Seorang anggota masyarakat dapat hidup nyaman serba kecukupan, sejahtera , tenteram, tidur nyenyak tanpa sesuatu kekhawatiran apapun. Hal ini hanya bisa terjadi bila semua anggota masyarakatnya berperilaku baik, jujur dan saling membantu bila ada seorang anggota masyarakatnya sedang mendapat musibah. Tidaklah demikian dalam era Jahiliyah. Ketika sistim penegakan hukum modern belum ada seperti sekarang, Adanya Negara yang berdaulat  penuh yang melindungi seluruh warga negaranya tanpa kecuali, dengan perangkat2 hukum seperti : polisi,pengadilan , hakim ,jaksa, pengacara. Dalam situasi hukumrimba , siapa yang kuat dialah yang menang , otomatis seseorang ,tentu mencari pria yang terkuat untuk meminta perlindungan bila ada seseorang yang mencoba mengusiknya. Bila ada orang tiga yang kuat, tentu ada tiga kelompok kuat yang saling berhadapan. Kelompok –kelompok ini di Arab disebut para   Kabilah. Sistem kekabilahan hampir sama dengan Mafia yang berasal dari pulau Sicilia yang kebetulan pulau ini juga hampir sama tandusnya dengan padang pasir di Arab saudi. Tidak heran bila nanti banyak istilah yang sama dari keduanya, karena memang ini adalah sistem dalam masyarakat ketika belum ada sistem hukum modern ( orang Arab sekarang , kemudian menceritakan saat itu sebagai jaman kebodohan, jaman Jahiliyah. Jahil berarti bodoh.  4 : 108 - 109 )  . Di Italia kelompok2 ini  menyebut dirinya  sebagai keluarga( salah satu arti wali , keluarga dekat) , diketuai seorang kepala keluarga  yang  disebut Don atau godfather  (Bapak pelindung, pelindung,  arti wali juga pelindung), tapi juga sebagai pemimpin keluarga.  ( ketik Google : Mafia : Seabad tradisi kriminal) yang terkenal Don Corleone.  .
                 Karen  Armstrong dalam bukunya Sejarah Muhammad  (9 : 79) menulis bahwa otoritas hukum belum ada. Struktur hukum modern seperti adanya polisi, hakim, jaksa, penjara sama sekali belum dikenal. Mereka semua  hidup dalam sistem kekabilahan, yang  tidak ubahnya seperti menjadi anggota kelompok geng sepeda motor di era sekarang . (atau bila anda penggemar film, sistem ini seperti dalam Mafia . Seseorang aman bila mempunyai seorang Don, godfather , bapak pelindung dimana orang tersebut tidak saja dilindungi  dari ancanman geng mafia lain tapi juga dianggap sebagai keluarga dekat. Pen ) Sebagai contoh,dalam sistem tersebut, seseorang anggota kabilah dianiaya oleh anggota kabilah yang lain.   Anggota lain akan membalaskan  kelompoknya , dengan menganiaya atau membunuh anggota kabilah  penganiaya, terlepas benar atau salah orang tersebut.Dengan kata lain seseorang dalam suatu kelompok kabilah yang tidak bersalah, bisa saja tiba2 dibunuh atau dianiaya oleh oleh kelompok kabilah lain tanpa berbuat suatu kesalahanpun.Vendetta , balas dendam ala mafia ini menjadi lingkaran setan yang tiada habisnya, tiada hentinya. Belum lagi nasib orang miskin, wanita, anak2 yatim, kaum budak , bernasib sangat menyedihkan karena  tidak mempunyai perlindungan. Alquran turun untuk memperbaiki kondisi2 ini.      
      
                  
           Istilah jahiliah , yang biasanya diartikan sebagai ” masa kebodohan”  atau kehidupan barbar” , sebenarnya berarti bahwa ketika itu orang2 Arab tidak memiliki otoritas hukum  , Nabi dan Kitab suci .Sejarah orang2 Badui pada dasarnya dipenuhi dengan kisah peperangan gerilya yang disebut Ayyam Al Arab ( hari2 orang Arab). Selama periode ini sering terjadi berbagai serangan dan perampokan tanpa pertumpahan darah.Sehingga Masyarakat yang bermukim di Hijaz (wilayah Mekah) dan Nejed ( wilayah Medinah)  tidak dikenal bangsa yang mempunyai peradaban yang maju .( 4 : 108 - 109).  Selama berabad2 , bangsa2 Arab di Hijaz dan Najd hidup sebagai bangsa Nomaden  (yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap dan selalu berpindah2) dalam kelompok2 suku yang saling berperang. Etika suku menuntut ketrampilan sosial dan ketrampilan teknis khusus serta kualitas perseorangan yang sangat terlatih. Bertahan hidup di lingkungan ganas seperti ini merupakan bentuk perlawanan terhadap terhadap nasib yang keras; mungkin menunjukkan suatu tekad untuk membuktikan bahwa bangsa Arab dapat bertahan hidup dalam situasi yang nyaris mustahil untuk hidup. ( 3 : 79)  . Ayyam Al Arab ini merujuk pada permusuhan antar suku muncul karena persengketaan hewan ternak , padang rumput atau mata air. ( 4:110). Dalam situasi hukum rimba itulah Nabi Muhammad ditugaskan oleh Tuhan untuk membenahi nya. Dan para mukminin mendapat penjelasan langsung dariNYA  agar tidak mempunyai pelindung orang kafir QURAISY.
                                          ORANG KAFIR (QURAISY) TIDAK BOLEH                                             JADI WALI ( PELINDUNG)

(An-Nisa : 144)
              Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali     ( pelindung, teks asli : أوليا awliyā'), dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?(QS. 4:144)
:Terjemahan:: Tafsir Asbabun Nuzul
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nisaa' 144
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا

Dalam ayat ini Allah SWT menyeru orang-orang mukmin agar jangan meminta pertolongan kepada  orang-orang kafir yang memusuhi kaum Muslimin baik dengan meminta pendapat atau berkawan rapat dengan mereka, dan tidak boleh memberikan kepercayaan apalagi membocorkan rahasia kepada mereka.
 Larangan serupa ini terdapat juga dalam firman Allah: Dan firman Nya lagi: (Q.S. Ali Imran: 28)

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
Artinya:
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (
pelindung, teks asli : أوليا awliyā' )
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah SWT, kecuali karena (siasat) memelihara diri dan sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya.
ARTI KATA WALI
     Anda dapat mengeceknya, hampir semua Alquran berbeda2 menafsirkan kata ini. Menjadi menarik, bagaimanakah kumpulan2 ulama - ulama yang hebat yang berkumpul menerjemahkan Alquran , tidak bisa mendapatkan satu kata yang sama  untuk terjemahan kata wali ini. Berarti bahwa kata ini tidak sederhana ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa terjemahan kata wali (ketik google: konsep wali dalam Islam) : penjaga, pelindung, pemimpin, penyumbang, teman setia , pengurus, dan juga digunakan dengan arti keluarga dekat. Menurut hemat penulis arti kata pada ayat  (An-Nisa : 144) tersebut yang benar adalah pelindung, atau saudara dekat, teman setia, karena sangat berhubungan dengan sistim kekabilahan yang mirip mafia sekarang ini.Kita tahu bahwa dalam sistim mafia, ada seorang godfather ( bapak pelindung) dan para anggotanya walaupun tidak ada pertalian darah sudah dianggap sebagai keluarga sendiri atau keluarga dekat. Alquran menggunakan kata ini tentu tidak terlepas dari situasi kota Makah dan Madinah jaman itu ketika jazirah Arab di tahun abad 6 Masehi. Tafsir dalam ayat tersebut adalah bahwa orang beriman ( umat Islam )  saat itu, di ingatkan oleh Tuhan, agar jangan ragu berlindung kepada Allah swt dan tidak kembali mencari pelindung (wali) keamanan kepada para kabilah kaum kafir  (Quraisy) lagi. Ayat ini turun berkaitan dengan ayat sebelumnya (An-Nissa 143) , mengenai sebagian umat Islam yang masih ragu2 berpihak kepada orang Kafir ( suku Quraisy, dengan tokoh Abu Jahal , Abu Lahab cs) atau berpihak kepada orang2 Mukmin . Bila ayat itu diartikan sebagai pemimpin dalam arti , memimpin rapat, pemimpin perusahaan, pemimpin penelitian dsb, kemudian dimaknai abadi sampai sekarang ,tentu umat muslim akan setiap hari akan bermusuhan terus dengan non muslim di seluruh dunia. Apakah ini tak berlawanan denga kata Islam yang artinya Damai dan yang bersifat Rahmatan lil alamin (menyayangi seluruh alam) ? . Hal ini bisa dianalogkan dengan situasi ketika perang dengan Belanda. Bila para pejuang saat itu meneriakkan ,..... Hancurkan Belanda!!....Apakah sampai saat ini kita harus terus bertempur dengan Belanda. Betapa tafsir ayat ( An-Nisa : 144) ini harus kita  renungkan kembali kebenarannya , bila diartikan abadi , berlaku sampai sekarang .Kata kafirpun tidak tepat bila diartikan kaum Yahudi dan Nasrani, karena menurut Alquran (QS. Al Maidah : 5 )  Yahudi dan Nasrani di istilahkan sebagai Ahli Kitab . Untuk menyingkat tulisan mohon ketik ( google : ahli kitab) .       
AYAT2 LAIN YANG BERKAITAN DENGAN KE-WALI-AN.
     Sebelum kita menafsirkan suatu ayat kita harus mengerti dan memahami dulu suasana Sosial Poltik Madinah abad 6 M saat itu. Sayeds Ali Asgher Razwi, dalam bukunya “Muhammad rasulullah Saw , sejarah perjuangan Nabi Islam menurut sejarawan timur dan barat , menulis tentang keberadaan orang Yahudi di Arab Saudi.  ” Pada tahun 70M seorang jenderal Romawi bernama Titus, menaklukkan Yerusalem dan mengakhiri kekuasaan kaum Yahudi di  Palestina.Menyusul penaklukan yang dilancarkan orang2 Romawi, sejumlah besar kaum Yahudi meninggalkan tanah airnya dan pergi mengembara ke negeri2 lain. Beberapa Suku Yahudi memasuki Hijaz ( sekarang sekitar Mekah) , dan membangun perkampungan Yahudi di sekitar Madinah (Yatsrib) dan juga berhasil menjadikan banyak orang Arab memeluk Agama Yahudi. Pada awal abad ketujuh Masehi ( sesaat sebelum turunnya agama Islam .pen.) terdapat tiga suku Yahudi yaitu , Qainuqa , Nazhir dan Quraidhah . Ketiga suku Yahudi itu kaya raya dan berkuasa , juga lebih beradab ketimbang bangsa Arab. Sementara orang orang Arab seluruhnya berprofesi sebagai petani. Orang orang Yahudi berprofesi sebagai pengelola Industri, bisnis dan perdagangan di jazirah Arab, serta menjadi pengendali kehidupan ekonomi Madinah ( Yatsrib). Dua suku orang Arab , Aus’ dan Khazraj , memiliki banyak utang kepada orang orang Yahudi yang tampaknya mustahil terlunasi.” ( 2 : 229) 
      Kepindahan Nabi Islam, Muhammad saw. Dari Makkah ke Medinah membawanya berhubungan dengan kaum Yahudi.Pada awalnya persahabatan itu berjalan dengan baik , kita dapat menilainya lewat piagam Madinah, sebuah perjanjian bersama yang mengatur hubungan antar penduduk yang bermacam2 suku dan agama  disana secara adil . Hal ini  tercermin pada pasal2nya sebagai berikut (ketik google : piagam Madinah wiki source) :
pasal 16: Bahwa sesungguhnya kaum-bangsa Yahudi yang setia kepada (negara) kita, berhak mendapatkan bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh diasingkan dari pergaulan umum.
pasal 25
  1.  Kaum Yahudi dari suku 'Awf adalah satu bangsa-negara (ummat) dengan warga yang beriman.
  2. Kaum Yahudi bebas memeluk agama mereka, sebagai kaum Muslimin bebas memeluk agama mereka.
  3. Kebebasan ini berlaku juga terhadap pengikut-pengikut/sekutu-sekutu mereka, dan diri mereka sendiri.
  4. Kecuali kalau ada yang mengacau dan berbuat kejahatan, yang menimpa diri orang yang bersangkutan dan keluarganya.
pasal 40 : Segala tetangga yang berdampingan rumah, harus diperlakukan sebagai diri-sendiri, tidak boleh diganggu ketenteramannya, dan tidak diperlakukan salah .
PERANG BANGSA ARAB MELAWAN BANGSA YAHUDI
                Sang Nabi membenahi moral dan perilaku bangsa Arab dengan nilai2 kedisiplinan , perilaku yang baik, sehingga saat itu orang Arab yang senang mabuk , berjudi , akhirnya berhenti mengambil pinjaman yang berbunga sangat tinggi kepada para orang2 Yahudi itu. Tatkala orang orang Arab berhenti mengambil pinjaman dan membayar seluruh utang mereka, sumber utama Kaum Yahudi kontan mengering. Mereka,orang orang Yahudi itu sangat gusar dan merasa cengkeraman mereka terhadap kehidupan ekonomi Madinah mulai mengendur. Mereka sadar bahwa Exploitasi terhadap orang Arab dan para budak, karena kuatnya pengaruh Islam yang sangat membesar   lama kelaman tidak bisa dilakukan lagi dan ini adalah sebuah ancaman. ( 2  : 30). Tentu saja ketidak adilan yang terjadi antara dua bangsa  , seperti di mana saja di dunia ini  , membuahkan hasil ketegangan ketegangan di alam bawah sadar kedua bangsa itu dan siap meledak setiap saat. Akhirnya ketegangan itu mendapat momentumnya untuk meledak menjadi suatu pertempuran kemerdekaan , karena ada seorang wanita Arab yang dilecehkan oleh para pemuda2 Yahudi disebuah pasar di Medinah . Kemudian terjadilah perang”kemerdekaan” antara orang Arab yang ”terjajah” di pimpin oleh Nabi Muhammad saw melawan bangsa ”penjajah” Yahudi kaum Bani Qainuqa.( google ketik : perang Qainuqa.). Hal ini dapat di identikkan dengan peperangan antara bangsa Indonesia melawan bangsa penjajah Belanda.
               Pada suasana perang inilah terjadi suatu peristiwa yang diriwayatkan oleh Ibnu ishaq ( sejarawan muslim pertama , more info google), Ibnu Jarir,ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi, yang bersumber dari ubaidah bin ash-Shamit.(1:197)
                  Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ’ Abdullah bin Ubay bin Salul ( tokoh munafik Madinah) dan ’Ubadah bin ash-Shamit ( salah seorang tokoh Islam dari bani Auf bin Khazraj) terikat oleh suatu perjanjian untuk saling membela dengan Yahudi bani Qainuqa. Ketika bani Qainuqa memerangi rasulullah saw, Abdullah bin Ubay tidak melibatkan diri. Sedangkan ’Ubadah bin ash-Shamit berangkat menghadap Rasulullah saw , untuk membersihkan diri kepada Allah dan Rasulnya dari ikatannya dengan bani Qianuqa itu, serta menggabungkan diri bersama Rasulullah dan menyatakan hanya taat kepada Allah dan Rasulnya. Maka turunlah ayat ini  ( Q.S. Al-Maidah 5:51) yang mengingatkan orang beriman untuk tetap taat kepada Allah dan rasulnya, dan tidak mengangkat kaum Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin mereka.
Al Maidah ayat 51:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali ( pelindung, teks asli :أوليا awliyā' ),  sebahagian mereka adalah wali ( pelindung, teks asli : أوليا awliyā' ),  bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali ( pelindung , teks asli : أوليا awliyā' ),  maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
                    Terjemahan dari seorang Inggris ahli masalah Timur Tengah , yang bernama  Muhammad Marmaduke William Pickthall (1875-1936...more info ketik nama ini di Wikipedia : google ) juga menejemahkan wali sebagai pelindung, bukannya pemimpin. Sebagai catatan terjemahan Alqurannya ini diakui oleh  Universitas Al Azhar (Mesir) sebagai pencapaian penulisan yang besar.
              "Believers take neither  Jews nor Christians for your friends and protectors ( pelindung) . They are friends and protectors ( pelindung) of one another. Whoever of you seeks their friendship and supports shall become one of their number . Allah does not guide the wrongdoers."
ULAMA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
          Ulama tekstual menafsirkan ayat tersebut secara apa adanya, bahwa kita umat muslim ini , dimanapun , sampai ribuan tahun yang akan datang tidak boleh dipimpin ( dari bermacam arti wali , yang dipilih adalah pemimpin)  oleh orang Yahudi maupun Nasrani.Tapi ulama kontekstual menafsirkan ayat tersebut dengan mempertimbangkan Asbabun Nuzul ayat itu dan sejarah saat itu di Madinah. Penafsirannya disesuaikan dengan konteks saat itu, bukannya melarang umat muslim mempunyai seorang pemimpin  Yahudi , Nasrani atau agama lainnya ( sampai di jaman ini ) , tetapi ayat itu merupakan petunjuk umat muslim disaat itu untuk tidak mencari pelindung orang Yahudi dan Nasrani ( karena jaman ini masih jaman kuno , belum ada polisi , jaksa, hakim, penjara, maka mereka mencari pelindung,majikan orang yang berkedudukan kuat , kaya atau kuat secara fisik) . Bila ayat itu diterjemahkan pelindung, sudah tentu ayat ini tidak relevan dan tidak bisa diterapkan untuk saat ini . Dikarenakan untuk jaman ini untuk keselamatan seseorang , tidak berlindung lagi pada seseorang , tetapi di jaman modern ini setiap orang dilindungi negara , berdasarkan undang2.
                      Karena ayat2 Alquran turun saat perjuangan Umat Islam yang juga bangsa Bangsa Arab melawan hegemoni atau kekuasaan Bangsa Yahudi dan Kaum Kafir Quraisy, maka kita harus pandai2 dan hati2 menafsirkannya. Ayat ini seharusnya dipahami seperti halnya ketika kita perang dengan VOC Belanda tentu semua peraturan/kebijakan para pejuang saat itu agar kita tidak berpihak pada penjajah Belanda. Dan peraturan/kebijakan itu bukannya berlaku abadi agar kita tidak bekerjasama dengan bangsa asing/ agama lainselamanya di dunia ini sampai sekarang di jaman modern ini. Ini hal yang mustahil. Karena di dunia modern ini semua bangsa bekerjasama  (amal sholeh, perbuatan baik) untuk kebaikan manusia dalam hal penelitian2 ekonomi, kesehatan, energi dsbnya. Kita orang muslim ini harus bekerjasama dengan negara2 maju yang hampir semuanya negara2 non muslim, seperti : Jepang, Korea, Taiwan , China, negara2 Eropa dsb untuk kemajuan bersama.
BAB II :
    DAMPAK TAFSIR  AN-NISA 144 DALAM KEHIDUPAN  
MUSLIM DIABAD MODERN.
                   Menafsirkan ayat2 Alquran dengan kesimpulan pemimpin harus muslim, umat muslim Iindonesia akan dikenal sebagai umat yang berwawasan sempit (hipokrit) karena dijaman ini para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia berkumpul dari Amerika, Ingris, Perancis , jepang, Korea , China untuk bersama2 memerangi penyakit2 yang ada , seperti AIDS, TBC, Kanker. Mereka bekerja keras  tanpa peduli apa bangsanya, apa agamanya mereka berjuang  untuk kemanusiaan. Kemanusiaan secara universal  tanpa ditujukan untuk golongan agama , maupun suku bangsa tertentu. Dan hasilnya kita , umat Islam di Indonesia , merasakan kebaikan hasil penelitian ilmiah para peneliti yang malah, sebagian besar adalah non muslim . Dengan penemuan2 itu, para  penderita TBC, AIDS, Kanker disini dapat tertolong atau minimal dapat dikurangi penderitaannya. Dalam prosesnya para peneliti ini baik yang  beragama Islam maupun  non Islam berpedoman, yang  terbaiklah yang memimpin masing2 tim, bukan karena agamanya. Tafsir seperti ini malah membuat umat muslim tidak bisa mengerjakan apa yang diperintahkan Allah swt untuk mengerjakan kebajikan ( amal sholeh) terhadap alam sesta (ramatan lil alamin). Demikian pula dalam realita kehidupan sehari2 banyak pemimpin2 perusahaan Asing  yang ada di Indonesia  hampir semua milik non muslim, seperti Samsung, Honda, Yamaha, Toyota , Bank Bank Asing dan lain sebagainya.  Dengan demikian apakah para muslim kita tidak boleh bekerja disana? Hanya karena pemimpinnya non Muslim dan dicap kafir ? dan tentu saja kehidupan kaum muslim  menjadi bertambah sengsara bila tidak bekerja. Ada pula yang mengatakan, yang  dimaksudkan pemimpin disini adalah pemimpin pemerintahan, persoalannya adalah sampai sebatas mana yang di maksud pemimpin itu. Karena di ayat itu juga tidak disebutkan sampai batas mana , presiden, gubernur, walikota, bupati, camat, RT,RK, pemimpin Band, pemimpin kolintang, pemimpin keroncong. Saya yakin para ulama tekstual akan mengambil kesimpulan hanya akan  berdasarkan perasaannya masing2 saja,  Akibatnya bila ada 100 ulama tekstual akan terbentuk 100 opini yang berbeda, siapa yang benar...? Baiklah bila itu setingkat Gubernur atau bupati..... Terus bagaimana bila saudara2 kita di Indonesia Timur yang hampir semuanya beragama non Islam balik memprotes pemimpin muslim didaerahnya,  hal ini berpotensi mengkacau balaukan negara kita. Daftar ini akan menjadi sangat panjang, misalnya bila seorang muslim menunutut ilmu pengetahuan ( salah satu yang diwajibkan Islam, disebutkan sampai 44 ayat ) keluar negeri, yang tentu saja semuanya non muslim bahkan para pemimpin universitas, fakultasnya banyak yang tidak percaya adanya Tuhan ( atheis). Biarlah urusan masuk surga atau neraka kita kembalikan saja kepada pemiliknya , yaitu Allah swt. Kita tidak usah ikut campur urusan Tuhan.
               
Dalam kehidupan nyata, seorang muslim mau tidak mau akan bergaul dengan kaum non muslim. Apalagi di jaman ini orang2 non muslim yang notabene adalah pemilik  pabrik2 besar seperti Honda, Toyota,Samsung, Huawei dsb hampir semua pimpinannya adalah orang non muslim. Belum lagi ribuan  muslim sekolah di negeri non muslim, Amerika, Eropa dimana para pemimpin universitasnya beraneka ragam kepercayaanya, dari yang atheis , beragama dengan segala sektenya bahkan yang  bagi kita agama yang aneh2pun banyak.  Membuat pernyataan ajaran Islam adalah menolak pimpinan non muslim akan membuat kebingungan masyarakat muslim yang bekerja dan belajar di tempat2  yang pemiliknya non muslim. 
SEORANG MUSLIM DI DUNIA NYATA.
        Seorang Muslim diharapkan menjadi orang yang menjadi Rahmatan lil alamin ( menyayangi seluruh alam) , dan menjadi orang yang shaleh bila ingin masuk surga. Orang shaleh  didefinisikanAllah SWT dengan sangat sederhana , yaitu orang yang beriman dan selalu berbuat kebajikan dan menolak kejahatan’
       Ar Rad 13. 23.” (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu..”
Definisi Orang Shaleh menurut Sabdanya :
Ali Imran 3.114. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf (baik) , dan mencegah dari yang munkar (jahat)  dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
         Dalam kehidupan sehari2, di sekeliling kita dalam lingkup luas, seorang muslim pasti akan kontak atau berhubungan dengan non muslim. Sampai kiamatpun tidak akan pernah dunia ini akan menjadi 100 persen berpenduduk yang beragama Islam. Mengenai keyakinan ini, kita telah dibekali pengetahuan dari Allah swt, bahwa kita memang berbeda dengan mereka itu secara jelas dan berulang kali disebut di banyak ayat ( Al-Maidah 5:72 ,  At-Taubah 9: 30 dll.) , dan itu sudah selesai , tidak usah di perdebatkan lagi. Hal itu bersifat individu, sehingga tidak usah disebutkan disini, karena karena bersifat internal umat Islam. Karena bila disebutkan disini tentu akan menyinggung perasan orang yang punya kepercayaan lain, dimana ini bertentangan dengan arti Islam yaitu damai atau kedamaian.  Bila berhadapan dengan mereka kitapun sudah mendapat tuntunannya,
            6.Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku."  ( Al kafirun QS 109)
Ayat inipun ( tentu saja bila kita menghendaki), dapat digunakan untuk sesama muslim yang berbeda keyakinan / atau kepercayaan akibat hadist yang digunakan berbeda.
            6.   ( Untukmulah keyakinanmu dan untukkulah keyakinanku )
            6.   ( Untukmulah kepercayaanmu dan untukkulah kepercayaanku)
Lihat Google : Arti Dien
Dan mengenai urusan , apakah mereka (ahli kitab dan golongan non muslim lainnya ) masuk surga atau neraka  adalah urusan /hak prerogratif Allah swt  karena DIA lah  sang pemilik hari kemudian dan pemilik surga dan neraka. Seperti dinyatakan pada Albqarah 62 :
”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan berbuat kebajikan ( beramal saleh ), mereka aka menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
                                                                                           (Q.S. al-Baqarah 2:62)
Shabiin : ialah orang2 yang mengikuti syariat Nabi2 jaman dulu atau orang2 yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa.( Dari AlQuran Depag RI )
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berbuat kebaikan (beramal saleh), maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati.                                                                             
                                                                                                   (  QS : Al Maidah 5:69   )
Jadi percuma saja , bila ada seseorang yang mengatakan bahwa seluruh dunia akan masuk neraka dan  dia sendiri lah yang masuk surga, sesungguhnya Allah swt tidak akan pernah terpengaruh orang tersebut. Dan kitapun boleh bergaul, mengangkat mereka sebagai pemimpin  dalam bidang apapun, sesuai kemapuannya. Karena merekapun banyak yang menjadi orang sholeh , yaitu sangat khusuk berdoa menurut agamanya dan mempunyai moral jujur, dan berbuat kebajikan. Karena dalam kesimpulan pembahasan diatas tidak ada tuntunan  dalam Alquran untuk mengharamkan pemimpin non muslim.
                  “Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus: mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud ; mereka beriman kepada Allah dan hari akhir; mereka menyuruh kepada yang ma’ruf  ( kebaikan) dan mencegah dari yang munkar ( kejahatan) ; dan mereka bersegera kepada pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang sholeh
                                                                                          (QS. Ali Imran: 113-114)
                   Dan sesungguhnya di antara ahli kitabada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.(QS. Ali Imran: 199)
TOLERANSI DALAM ISLAM
        Salman al Farisi sang penganjur teknologi perang parit  (google : perang khandaq) , seperti diketahui sebelum pindah ke Madinah , beliau memang berasal dari Persia (sekarang Iran). Ayahnya seorang pendeta yang taat kepada agamanya.Orang tua ini menjadi kepala desa Ramharmuz, yaitu sebuah desa dekat kota Isfahan di negeri Persia. Dia seorang Ulama agama Majusi, yang menjadikan api sebagai Tuhannya. yaitu agama bangsa Persia waktu itu. Pada perjalanan hidupnya beliau sempat beragama Nasrani, kemudian pindah ke Negeri Syam ( Suriah) , kemudian pindah lagi kekota Mosul, bertemu pendeta yang akan membimbingnya. Beliau  sempat dibimbing pendeta Nasrani itu, tapi sayang beberapa bulan kemudian pendeta tersebut merasa sudah sangat tua dan merasa ajalnya segera tiba. Karena Salman seorang pemuda yang ingin mencari kebenaran dan kepercayaan yang sejati, beliau dinasehatkan ke Jazirah Arab karena menurut kitab sucinya ( injil)  akan datang seorang Rasul yang terakhir, yang membawa Agama Ibrahim. Begitulah sampai akhirnya beliau bertemu Nabi Muhammad dan kemudian masuk agama Islam. (5)
           Pada suatu hari, tampaknya Salman Al Farisi ini menguatirkan nasib teman2nya di Persia yang sampai saat itu ( ketika bertemu Nabi)  masih beragama penyembah Api ( Majusi) , apakah kelak mereka masuk Surga atau Neraka.
Dari AsbabunNuzul ( 1:17,18)
             Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Salman bertanya kepada Nabi SAW. Tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Kemudian ia menerangkan cara shalat dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut diatas (Q.S. al-Baqarah 2:62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat sholeh ( berbuat kebajikan) akan mendapat pahala dari Allah swt.
                                              Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al-Adnl didalam     
                                              Musnadnya, dari Ibnu Najih , yang bersumber dari Mujahid.
            Dalam riwayat lain dikemukakan , ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah kisah teman2nya, maka Nabi saw bersabda: ” Mereka di neraka.”” Salman berkata : seolah-olah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi setelah turun Ayat ini  (Q.S. al-Baqarah 2:62) , seolah2 terang benderang dunia bagiku.
                                                Diriwayatkan oleh al-Walidi, dari Abdullah bin Katsir,
                                                yang bersumber dari Mujahid.
Dari bahasa tubuh Salman Al Farisi yang begitu gembira , kita dapat memperkirakan jawaban apa yang di utarakan Nabi, yang tentu sedang berada di depannya sambil menjelaskan turunnya ayat tersebut . Walaupun begitu, beliau Salman tidak serta merta pindah ke agama lamanya, bahkan beliau kelak dikenang sebagai pembela Islam yang gigih sampai wafatnya.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (Q.S. al-Baqarah 2:62) turun berkenaan dengan teman2 Salman Al Farisi.
                                                Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim,
                                                yang  bersumber dari as-Suddi.
”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh ( berbuat kebajikan ) , mereka akanmenerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
                                                                                           (Q.S. al-Baqarah 2:62)
 Shabiin : ialah orang2 yang mengikuti syariat Nabi2 jaman dulu atau orang2 yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa.( Dari AlQuran Depag RI
Ayat2 yang lain :
                   “Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus: mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat); mereka beriman kepada Allah dan hari akhir; mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan mereka bersegera kepada pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang sholeh”.
                                                                                          (QS. Ali Imran: 113-114)
Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.
                                                                                          (QS. Ali Imran: 199)
 
REALITAS KEPEMIMPINAN DALAM 
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
                                   
      Dalam realitas kehidupan sehari-hari ketika seseorang dipilih oleh anggota kelompoknya,  untuk memimpin suatu grup yang bergerak dalam grup yang bersifat komersial maupun non komersial , seperti pabrik, Bank, toko, usaha kecil, besar, koperasi , Pendidikan, kesehatan , grup penyanyi, ketua RT, RW,   tidak pernah dipersoalkan apakah agamanya atau sukunya , semua mengacu pada kemampuan dan kejujurannya . Yang terbaiklah biasanya menjadi acuan , seseorang dipilih menjadi pemimpin atau tidak. Antara kemampuan memimpin seseorang dengan agamanya , dalam kehidupan sehari2 biasanya tidak pernah dipertentangkan. Agama Islampun demikian..Bayangkan saja bila seseorang dipilih hanya berdasarkan  agama, padahal dia tidak kompeten atau tidak bisa memimpin, akan kacau balaulah kelompok tersebut.. Dengan akal sehat ( common sesnse) , kita pasti dapat menduga bahwa Alquran , sebagai kitab sucipun akan berpendapat sama.
                                            
Mgr. Soegijapranata SJ    Prof. Dr. Ir. Herman Johannes,      Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy
Dalam sehari-hari kita orang Indonesia sejak dulu hingga sekarang , menganggap bahwa agama adalah urusan pribadi , antara seseorang dengan Tuhannya masing2. Hanya akhir2 ini urusan sehari2 , seperti pemimpin , ada ulama yang mengatakan bahwa segala bidang harus dipimpin seorang Muslim. Pernyataan ini tentu mengingkari sejarah. Kita harus ingat kembali , perjuangan merebut kemerdekaan kita dulu juga bersama2 pemimpin2 non muslim.Para bawahan yang beragama muslimpun tidak mempermasalahkan apa sukunya, apa agamanya. Dulu ketika saat2 awal sekali , ketika Nabi Muhammad sedang mengembangkan agama Islam para pengikut muslim awal ini baru berjumlah 80 orang . Mereka dikejar- kejar akan di musnahkan oleh kaum kafir  ( istilah di Alquran untuk menyebut kaum Quraisy), tapi beruntunglah ada seorang raja Habasyah  ( sekarang Ethiopia) yang beragama Nasrani yang mau melindungi, sehingga terhindarlah umat muslim dari kepunahan karena ancaman pembunuhan. ( google ketik : hijrah muslim ke habasyah)
             Alangkah baiknya bila para ulama dalam tafsirnya juga menafsirkan  ayat2 Alquran berdasarkan realitas ( kenyataan hidup) sehari2. Tafsiran itu harus sanggup memberi ruang untuk umat Islam agar berkembang sesuai zamannya untuk memperoleh kemajuan demi meningkatkan kualitas  kesejahteraannya dan kesejahteraan lingkungannya secara luas.
SIAPAKAH YANG BENAR ULAMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL.
                  Sebelumnya , marilah kita renungkan lagi kedudukan  Kitab suci kita Alquran. Banyak orang menerjemahkan  ayat2 yang ada disana  seolah2 hanyalah sebuah tulisan disebuah buku biasa yang dengan seenaknya di othak athik menurut seleranya. Menurut hemat penulis, Tuhan YME berkata ( berfirman : bahasa Arab ) untuk memerintahkan kita, tentu dengan bahasa yang jelas, tegas , lugas. Tidak selayaknya kalimat2 perintah ini , diputar2 balikkan lagi maknanya sehingga malah berkebalikan dengan perintah (ayat) aslinya. Pendapat pemimpin harus Muslim dan pemimpin tidak boleh non muslim tidak ada satupun ayat yang menyebutkannya. Tampaknya disini Tuhan menyerahkan sepenuhnya urusan ini kepada manusia yang sudah di bekali akal dan hati nurani. Jadi ini adalah masalah kita antar manusia, tidak usah dikait2kan dengan masalah KeTuhanan apalagi dikait2kan dengan masalah ibadah ( masalah Agama).. 
                Lepas dari itu semua , kita sebagai manusia biasa yang sangat terbatas pengetahuannya dan penuh khilaf hanya dapat mengucapkan  : Wallahu A’lam bishawab yang berati  bahwa hanya Allah swt lah yang tahu jawaban yang sebenarnya.
                                                                                   
SUMBER :
  1. Sholeh,K.H.Q., Dahlan,H.A.A, Asbabun Nuzul, ( Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007) cetakan ke 10.
  2. Razwi, Sayeds Ali Asgher, Muhammad rasulullah Saw , sejarah perjuangan Nabi Islam menurut sejarawan timur dan barat, ( Jakarta: Pustaka Zahra,1997).
  3. Armstrong, Karen,Sejarah Muhammad, (Magelang: Pustaka Horizona, 2007) cet. ke1
  4. Hitti, Philip K , History of the Arabs , ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008).
  5. Soelaiman , Kasim, Salman Al Farisi, ( Jakarta, : P.T. Sastra Hudaya , cetakan kedua 1982. 
  6.   Kamus besar Bahasa Indonesia. ( Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2002 )